Rabu, 03 Desember 2014

Soal Kepemimpinan Wanita, AS Perlu Belajar dari Indonesia

Jumlah wanita yang menjadi Menteri di AS tidak sebanyak Indonesia.

Menlu pertama wanita RI, Retno LP Marsudi bertemu Menlu AS, John Kerry.
 Menlu pertama wanita RI, Retno LP Marsudi bertemu Menlu AS, John Kerry.



CB - Principal Deputy Assistant Secretary Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat, Scot Marciel mengaku terkejut, ketika mengetahui lebih banyak jumlah wanita Indonesia yang bermain di ranah politik ketimbang di Negeri Paman Sam.

Dia mengungkapkan hal itu, ketika berbicara di Pusat Kebudayaan AS di kawasan Jakarta Selatan, Selasa 2 Desember 2014. 

Di hadapan publik, Marciel mengakui, RI telah memberikan tempat yang layak bagi kaum wanita untuk bisa sejajar dengan pria. Dia, bahkan bertemu dengan beberapa anggota DPR yang merupakan kaum wanita. 

"Oh ya, lebih banyak kaum wanita Indonesia yang berada di parlemen ketimbang wanita AS. Artinya, kami harus banyak belajar ke Indonesia," ungkap mantan Duta Besar AS untuk Indonesia periode 2010 hingga 2013 itu. 

Dia pun berpendapat, di era seperti sekarang, penting bagi kaum wanita diberi kesempatan yang setara dengan pria di beberapa bidang seperti pendidikan, bisnis, dan pemerintahan.

Sebelum bertolak ke Jakarta, kata Marciel, dia sempat bertemu dengan mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang kini menjabat sebagai Direktur Bank Dunia. 

"Saya yakin, masih ada lagi figur wanita Indonesia lainnya yang juga memiliki posisi tinggi," imbuh dia. 

Dalam kesempatan itu, Marciel turut berkomentar mengenai sosok Menteri Luar Negeri pertama RI, Retno LP Marsudi. Di mata Marciel, Retno adalah sosok yang percaya diri dan profesional dalam bekerja. 

"Kami pernah bekerja sama sebelumnya, ketika Beliau masih menjabat sebagai Direktur Jenderal Amerika Eropa di Kemlu. Saya sangat menghormati Beliau dan menantikan untuk bisa kembali bekerja sama," kata dia. 

Selain Retno, Presiden Joko Widodo juga menunjuk tujuh sosok wanita lainnya untuk menduduki jabatan Menteri di era pemerintahannya. 

AS pun, lanjut Marciel, juga berupaya untuk meningkatkan peranan wanita agar setara dengan pria. Salah satunya dengan memastikan ada penerima wanita untuk program Young Southeast Asian Leaders Initiative (YSEALI). 

Program tersebut, kata Marciel, dirancang khusus oleh Obama untuk memberikan dukungan bagi kaum muda di ASEAN untuk mempromosikan kewirausahaan dan lebih terlibat di masyarakat. 

"Kami tentu berharap dari 500 penerima fellowship itu, ada wanita di dalamnya," tambah Marciel. 

Para penerima fellowship itu akan belajar di AS untuk beberapa tahun dan meningkatkan keahlian mereka, agar bisa berkontribusi kepada masyarakat. 

Dalam pemilu legislatif yang digelar Juli kemarin, terdapat sekitar 17,3 persen atau 97 kursi di DPR. Angka ini memang masih jauh dari yang diamanatkan oleh UU yakni menginginkan, agar kaum wanita di parlemen mencapai 30 persen. 

Sementara itu, data dari Pusat untuk Wanita dan Politik (CAWP), Universitas New Jersey, tahun 2004, terdapat 80 wanita AS yang duduk di parlemen. Jumlah itu, mewakili 18,4 persen kaum wanita dari 435 anggota parlemen yang ada.

Credit VIVAnews