Ilustrasi. (AFP PHOTO/Francois Nascimbeni)
Rencana pembangunan PLTN di Ninh Thuan tersebut disepakati pada 2009 untuk mengatasi masalah kekurangan daya di tengah meningkatnya ekonomi industri di negara itu.
Menurut rencana, PLTN dengan kapasitas 4.000 megawatt ini akan dibangun dengan bantuan perusahaan Rusia, Rosatom, dan konsorsium.
"Total investasinya meningkat terlalu tinggi," ujar Le Hong Tinh, Wakil Ketua Komisi Ilmu, Teknologi, dan Lingkungan Vietnam, seperti dikutip AFP, Jumat (11/11).
Le kemudian menjabarkan bahwa usulan anggaran kedua sarana tersebut meningkat dua kali lipat sejak 2009 menjadi sekitar US$18 miliar, atau sekitar Rp238 triliun.
Selain itu, Le juga mengatakan bahwa proyek tersebut dapat mengancam keselamatan lingkungan. Pemerintah juga memikirkan, dekatnya lokasi rencana pembangunan dari wilayah sengketa Laut China Selatan, bisa menjadi satu sumber masalah lain.
Kini, Vietnam masih terus mencari sumber daya yang dibutuhkan untuk industri mereka. Sebelumnya, Vietnam direncanakan membeli daya dari negara tetangga.
Negara yang sangat bergantung pada batu bara dan tenaga air ini juga ingin meningkatkan produksi energi terbarukan dalam 15 tahun mendatang.
Pada pekan ini, Vietnam mengumumkan kesepakatan senilai US$2,2 miliar, atau sekitar Rp29,1 triliun dengan perusahaan asal Irlandia, Mainstream Renewable Power, untuk membangun tiga perkebunan angin di negaranya.
Credit CNN Indonesia