Seorang Profesor dari American
University, Allan J. Lichtman, mengklaim bahwa presiden AS terpilih
Donald Trump akan dihadapkan dengan pemakzulan (Reuters/Carlo Allegri)
Professor Allan J. Lichtman, selama lebih dari 30 tahun selalu meluncurkan prediksi akurat mengenai hasil pemilu presiden AS sejak tahun 1984, termasuk hasil pilpres AS pada 8 November lalu.
|
Lichtman berujar, dirinya menggunakan model prediksinya sendiri dengan mengandalkan 13 pertanyaan benar/salah atau "kunci" untuk menilai kemungkinan apakah partai petahana akan bertahan di Gedung Putih.
Namun, penulis buku "Predicting the Next President: The Keys to the White House 2016" ini mengatakan, dia hanya mengandalkan nalurinya dalam memprediksi kemungkinan Trump dapat dilengserkan ini.
"Pertama, sepanjang hidupnya ia selalu bermain-main dengan hukum. Trump mendirikan yayasan ilegal di New York, melakukan kampanye ilegal melalui yayasan tersebut," kata Lichtman.
"Trump bahkan menggunakan dana amal tersebut untuk melunasi utang bisnis pribadinya. Dia dihadapkan dengan undang-undang RICO (Undang-Undang pemerasan dan kejahatan korupsi terorganisir di AS)," ungkap Lichtman menambahkan.
Burnett menekan Lichtman terkait tudingan permainan Trump dengan hukum itu belum terbukti benar oleh pengadilan.
Namun, Lichtman tetap meyakinkan Burnett bahwa Trump dapat dilengserkan terlepas dari besarnya dukungan Kongres AS yang sebagian besar dikuasai oleh Partai Republik.
"Partai Republik sangat gugup tentang Trump. Trump seolah meriam liar yang tidak dapat dikontrol oleh partai tersebut. Tidak ada yang tahu apa yang dia (Trump) percaya dan inginkan," kata Lichtman.
"Partai Republik akan jauh lebih nyaman memilih Mike Pence, seseorang yang dapat lebih diprediksi dan dapat diatur sebagai seorang Republik yang konservatif," tutur Lichtman menambahkan.
Sebelumnya, prediksi Lichtman tepat saat meramalkan Trump akan memenangi pemilu AS tahun ini. Lichtman merasa tidak yakin jika rival Trump saat itu, Hillary Clinton, dapat mendulang cukup suara untuk mendukungnya menjadi presiden wanita AS pertama, walapun mayoritas survei nasional pemilu menunjukkan dukungan untuk Clinton lebih unggul ketimbang Trump.
Dirinya menggunakan model 13 pertanyaan benar/salah atau "kunci" untuk menilai kemungkinan suara bagi partai petahana. Beberapa "kunci" mencakup berbagai faktor seperti, amanat masing-masing partai, peluang petahana, kebijakan ekonomi jangka panjang dan pendek, perubahan kebijakan, serta konflik sosial.
Credit CNN Indonesia