Jumat, 06 Maret 2015
Perintah Menhan minta TNI tahan diri jangan perang lawan Australia
CB - Isu hukuman mati dua terpidana Bali Nine, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran membuat hubungan Indonesia dan Australia memanas. Berbagai cara dilakukan Australia. Dari lobi diplomatik meminta Presiden Jokowi memberikan pengampunan, hingga penggalangan opini serta menekan Indonesia.
Yang terbaru, Menlu Australia Julia Isabel Bishop menawarkan barter tahanan. Namun Presiden Jokowi menegaskan tidak ada barter yang akan dilakukan.
"Tidak ada (barter tahanan)," kata Jokowi di sela-sela perayaan Cap Go Meh di Bogor, Kamis (5/3).
"Kita ini menjaga hubungan baik dengan negara mana pun, ingin bersahabat dengan negara mana pun, tapi kedaulatan hukum tetap kedaulatan hukum. Kedaulatan politik tetap kedaulatan politik," tegasnya.
Sejumlah pihak merasa gerah dengan berbagai aksi Australia menyelamatkan dua warganya itu. Panglima TNI Jenderal Moeldoko bahkan membenarkan adanya upaya pihak-pihak tertentu untuk menggagalkan eksekusi mati.
"Kan banyak cara (menggagalkan eksekusi hukuman mati), dengan cara mempengaruhi keputusan, melalui diplomatik dan seterusnya. Cara-cara lain juga ada," kata Moeldoko di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (4/3).
Moeldoko tidak menjelaskan lebih lanjut, namun dia menegaskan intelijen TNI dikerahkan untuk mengantisipasi upaya penggagalan itu. "Ya, prinsipnya enggak boleh gagal (eksekusi hukuman mati), begitu," tegasnya.
Di kesempatan berbeda, Moeldoko juga menegaskan TNI sudah menyiapkan antisipasi untuk pengamanan eksekusi Bali Nine dari rongrongan pihak asing. "Pengamanan secara standar oleh kepolisian tetapi ada hal-hal yang kami siapkan dari TNI untuk mengantisipasi di luar standar itu," kata Moeldoko usai Rapim TNI-Polri di auditorium Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian, Jakarta, Selasa (3/3).
Dia menjelaskan jika menjelang eksekusi mati warga Australia terpidana anggota Bali Nine Myuran Sukumaran dan Andrew Chan, kedaulatan Indonesia terganggu. Maka TNI tak segan-segan untuk mengerahkan pasukan.
"Kalau pengamanan standar polisi yang maju kalau sudah jalannya mengganggu kedaulatan, TNI turun. TNI turun harus disiapkan dong. Jangan sudah terjadi sesuatu terlambat," ujarnya.
Bukti ketegasan TNI mengawal pelaksanaan hukuman mati ini terjadi saat pemindahan Andrew Chan dan Myuran Sukumaran pada Rabu (4/3) dini hari. Pesawat baling-baling ATR 72-600 PK EGO milik maskapai Wings Air yang mengangkut keduanya dikawal dua jet tempur Sukhoi SU-30 dan dua F-16 milik TNI AU hingga mendarat di Cilacap. Sukhoi ini telah disiapkan sejak akhir Februari lalu dan sempat berlatih manuver di atas Lapas Kerobokan, Bali.
Meski TNI siap siaga, Menhan Ryamizard Rycudu justru memberikan penilaian berbeda. Sejauh ini, menurutnya tidak ada indikasi upaya penggagalan eksekusi, misalnya dengan penyerangan melalui kapal-kapal dari Australia ke Nusakambangan.
"Enggak ada, enggak ada. Tidak ada indikasi begitu ya. Mau perang endak gampang-gampang. Perang gara-gara orang kaya gituan kok perang," ujarnya di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (4/3).
Meski demikian, Ryamizard telah mengumpulkan 40 atase pertahanan untuk menyampaikan pesan kepada negara-negara yang warga negaranya akan dieksekusi mati di Indonesia.
"Minggu lalu saya kumpulkan ada 40 atase pertahanan. Saya sampaikan biar jelas, dia kan harus membawa pesan, biar jelas, bahwasanya mereka harus tahu satu hari tuh 40 orang bangsa Indonesia mati karena narkoba. Bayangkan kalau setahun 18.000 mati, belum lagi yang rehabilitasi 4 juta lebih, belum lagi yang sudah tidak bisa lagi, nunggu mati, karena sudah parah. Ini akibat yang pengedar itu. Dia harus dihukum mati sudah wajar, jadi harus tahu harus jelas. Kamu harus bawa pesan ke negara kamu. Itu ada Brasil, Belanda, Australia," beber Ryamizard.
Ryamizard menyebut penjahat narkoba lebih jahat daripada penjahat perang. Sebab, masih ada terpidana yang ditahan namun masih menjalankan bisnis narkobanya di dalam bilik penjara.
"Mereka ini kan enggak kapok, udah di tahanan masih mengatur peredaran. Apalagi dilepas, oh luar biasa, 18.000 mati mungkin kalau mereka dilepas akan meningkat aja bangsa kita mati. Saya bilang itu melebihi penjahat perang, pantas dihukum mati. Ya saya sampaikan (kepada negara-negara tersebut)," ujarnya.
Jika karena ini, dua negara sampai perang, kata Ryamizard akan sangat memalukan. "Tadi disampaikan dibantu oleh TNI. Tapi mau perang-perang masak karena narkoba malu-maluin aja," ujarnya.Perintah Menhan minta TNI tahan diri jangan perang lawan Australia
Isu hukuman mati dua terpidana Bali Nine, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran membuat hubungan Indonesia dan Australia memanas. Berbagai cara dilakukan Australia. Dari lobi diplomatik meminta Presiden Jokowi memberikan pengampunan, hingga penggalangan opini serta menekan Indonesia.
Yang terbaru, Menlu Australia Julia Isabel Bishop menawarkan barter tahanan. Namun Presiden Jokowi menegaskan tidak ada barter yang akan dilakukan.
"Tidak ada (barter tahanan)," kata Jokowi di sela-sela perayaan Cap Go Meh di Bogor, Kamis (5/3).
"Kita ini menjaga hubungan baik dengan negara mana pun, ingin bersahabat dengan negara mana pun, tapi kedaulatan hukum tetap kedaulatan hukum. Kedaulatan politik tetap kedaulatan politik," tegasnya.
Sejumlah pihak merasa gerah dengan berbagai aksi Australia menyelamatkan dua warganya itu. Panglima TNI Jenderal Moeldoko bahkan membenarkan adanya upaya pihak-pihak tertentu untuk menggagalkan eksekusi mati.
"Kan banyak cara (menggagalkan eksekusi hukuman mati), dengan cara mempengaruhi keputusan, melalui diplomatik dan seterusnya. Cara-cara lain juga ada," kata Moeldoko di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (4/3).
Moeldoko tidak menjelaskan lebih lanjut, namun dia menegaskan intelijen TNI dikerahkan untuk mengantisipasi upaya penggagalan itu. "Ya, prinsipnya enggak boleh gagal (eksekusi hukuman mati), begitu," tegasnya.
Di kesempatan berbeda, Moeldoko juga menegaskan TNI sudah menyiapkan antisipasi untuk pengamanan eksekusi Bali Nine dari rongrongan pihak asing. "Pengamanan secara standar oleh kepolisian tetapi ada hal-hal yang kami siapkan dari TNI untuk mengantisipasi di luar standar itu," kata Moeldoko usai Rapim TNI-Polri di auditorium Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian, Jakarta, Selasa (3/3).
Dia menjelaskan jika menjelang eksekusi mati warga Australia terpidana anggota Bali Nine Myuran Sukumaran dan Andrew Chan, kedaulatan Indonesia terganggu. Maka TNI tak segan-segan untuk mengerahkan pasukan.
"Kalau pengamanan standar polisi yang maju kalau sudah jalannya mengganggu kedaulatan, TNI turun. TNI turun harus disiapkan dong. Jangan sudah terjadi sesuatu terlambat," ujarnya.
Bukti ketegasan TNI mengawal pelaksanaan hukuman mati ini terjadi saat pemindahan Andrew Chan dan Myuran Sukumaran pada Rabu (4/3) dini hari. Pesawat baling-baling ATR 72-600 PK EGO milik maskapai Wings Air yang mengangkut keduanya dikawal dua jet tempur Sukhoi SU-30 dan dua F-16 milik TNI AU hingga mendarat di Cilacap. Sukhoi ini telah disiapkan sejak akhir Februari lalu dan sempat berlatih manuver di atas Lapas Kerobokan, Bali.
Meski TNI siap siaga, Menhan Ryamizard Rycudu justru memberikan penilaian berbeda. Sejauh ini, menurutnya tidak ada indikasi upaya penggagalan eksekusi, misalnya dengan penyerangan melalui kapal-kapal dari Australia ke Nusakambangan.
"Enggak ada, enggak ada. Tidak ada indikasi begitu ya. Mau perang endak gampang-gampang. Perang gara-gara orang kaya gituan kok perang," ujarnya di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (4/3).
Meski demikian, Ryamizard telah mengumpulkan 40 atase pertahanan untuk menyampaikan pesan kepada negara-negara yang warga negaranya akan dieksekusi mati di Indonesia.
"Minggu lalu saya kumpulkan ada 40 atase pertahanan. Saya sampaikan biar jelas, dia kan harus membawa pesan, biar jelas, bahwasanya mereka harus tahu satu hari tuh 40 orang bangsa Indonesia mati karena narkoba. Bayangkan kalau setahun 18.000 mati, belum lagi yang rehabilitasi 4 juta lebih, belum lagi yang sudah tidak bisa lagi, nunggu mati, karena sudah parah. Ini akibat yang pengedar itu. Dia harus dihukum mati sudah wajar, jadi harus tahu harus jelas. Kamu harus bawa pesan ke negara kamu. Itu ada Brasil, Belanda, Australia," beber Ryamizard.
Ryamizard menyebut penjahat narkoba lebih jahat daripada penjahat perang. Sebab, masih ada terpidana yang ditahan namun masih menjalankan bisnis narkobanya di dalam bilik penjara.
"Mereka ini kan enggak kapok, udah di tahanan masih mengatur peredaran. Apalagi dilepas, oh luar biasa, 18.000 mati mungkin kalau mereka dilepas akan meningkat aja bangsa kita mati. Saya bilang itu melebihi penjahat perang, pantas dihukum mati. Ya saya sampaikan (kepada negara-negara tersebut)," ujarnya.
Jika karena ini, dua negara sampai perang, kata Ryamizard akan sangat memalukan. "Tadi disampaikan dibantu oleh TNI. Tapi mau perang-perang masak karena narkoba malu-maluin aja," ujarnya
Credit Merdeka.com