Gedung Putih menyatakan, AS mendukung operasi militer ini dan Presiden Barack Obama pun telah mengizinkan dukungan logistik dan intelijen AS. Meski ditegaskan bahwa AS tidak ikut serta dalam operasi militer ini.
"Meski pasukan AS tidak ikut langsung dalam operasi militer di Yaman ini, untuk mendukung upaya tersebut, kami membentuk Unit Perencanaan Gabungan dengan Arab Saudi guna mengkoordinasikan dukungan intelijen dan militer AS," ujar juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS Bernadette Meehan dalam statemen seperti dilansir kantor berita Reuters, Kamis (26/3/2015).
Sebelumnya, Duta Besar Arab Saudi untuk AS, Adel al-Jubeir mengatakan, serangan udara Saudi dkk itu dimulai pada Kamis (26/3) pukul 23.00 GMT atau pukul 06.00 WIB. Dikatakannya, Saudi beraksi demi membela pemerintahan sah yang dipimpin Presiden Abdrabbuh Mansour Hadi.
Serangan ini terjadi hanya dua hari setelah Menteri Luar Negeri Yaman Riad Yassin memohon negara-negara Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) untuk melakukan intervensi militer.
Konflik di Yaman terjadi setelah kubu pemberontak Houthi melengserkan Presiden Abdrabbuh Mansour Hadi. Hadi kemudian berupaya mempertahankan kekuasaannya dengan mengungsi dari ibukota Sanaa dan mendirikan pusat pemerintahan di kota Aden. Operasi militer ini dilakukan setelah Houthi terus bergerak mendekati kota Aden, dan ini dikhawatirkan akan mengancam keselamatan Presiden Hadi.
Sepak terjang kaum Houthi telah membangkitkan dugaan Arab Saudi, bahwa aksi mereka disokong oleh pemerintah Iran, yang juga beraliran Syiah. Namun, baik kaum Houthi dan Iran menepis dugaan tersebut. Meski demikian, ada kekhawatiran bahwa operasi militer Saudi dkk akan memicu konflik baru yang menyeret Iran.
Credit Detiknews