Presiden Rusia Vladimir Putin berjanji
Rusia akan memperjuangkan negara Palestina yang merdeka dan menyerukan
isu-isu Timur Tengah secara damai. (Ilustrasi/Reuters/Anatoly
Maltsev/Pool)
"Palestina memiliki hak untuk mendirikan sebuah negara merdeka dan layak huni dengan ibu kota di Yerusalem Timur," kata Putin dalam pidatonya, dikutip dari media Inggris, The Independent, Minggu (29/3).
"Rusia akan terus memberikan kontribusi untuk mencapai tujuan ini melalui hubungan bilateral dan multilateral," kata Putin melanjutkan.
Pernyataan Putin ini dinilai bertolak belakang dengan kritik internasional atas peran Rusia dalam konflik di Ukraina yang tak kunjung berakhir. Di samping terpaan kritik terhadapnya, Putin dipuji oleh sekelompok St Petersburg Cossack pada pekan lalu, atas kemampuannya untuk "menertibkan dan menghentikan perang".
Dalam pidato di pertemuan KTT Liga Arab di Mesir pada Sabtu (28/3), Putin menentang intervensi asing dalam perselisihan internal negara. Putin juga menyinggung soal peran Rusia bisa dalam hubungan diplomatik.
Rusia secara terbuka menentang dukungan AS atas Israel dalam konflik di Jalur Gaza. Meskipun demikian, posisi Rusia di Timur Tengah dinilai rumit.
Putin selama ini merupakan salah satu sekutu utama Iran, yang disinyalir membantu pemberontak Syiah Houthi. Pasalnya, saat itu Putin berpidato di hadapan sejumlah perwakilan negara Timur Tengah yang bersatu melancarkan serangan internasional atas Houthi di Yaman.
Usahanya untuk mendesak terciptanya solusi damai di Yaman sepertinya tak berdampak, karena pada Minggu (29/3), negara-negara Liga Arab setuju untuk meluncurkan serangan militer gabungan yang terdiri dari sekitar 40 ribu pasukan "untuk menyelesaikan tantangan dari Timur Tengah.
Sebagai salah satu negara yang terlibat dalam perundingan damai di Timur Tengah, Rusia telah memainkan peran kunci dalam pembicaraan tentang dampak krisis Gaza pada tahun lalu.
Bulan lalu, Rusia bersama tiga negara Kuartet lainnya, yaitu AS, Uni Eropa, dan PBB mengeluarkan pernyataan bersama setelah pertemuan di Jerman, dan menyatakan sulitnya pembicaraan damai dengan Israel, yang terus mandek.
"(Negara-negara) Kuartet sangat prihatin atas situasi yang sulit di Gaza, di mana laju rekonstruksi perlu dipercepat untuk memenuhi kebutuhan dasar penduduk Palestina dan untuk menjamin stabilitas," bunyi pernyataan bersama tersebut.
Keempat negara tersebut menegaskan bahwa pembicaraan damai harus menghormati kekhawatiran Israel soal keamanan dan tuntutan Palestina untuk mendirikan negara yang berdaulat.
Palestina meradang dengan terus dilanjutkannya pembangunan permukiman Yahudi di wilayah Palestina yang diduduki Israel. Sementara, Israel menolak kelompok Hamas untuk berada di pemerintahan Palestina.
Credit CNN Indonesia