Palma merupakan alternatif solusi efektif untuk melindungi perbatasan. Press photo.
Perusahaan KBtochmash yang merancang kompleks pertahanan rudal Palma
tak hanya menawarkan pasokan baru bagi negara-negara berkembang, tapi
juga bersedia melakukan modernisasi bagi kompleks pertahanan udara
negara-negara tersebut yang mulai dimakan usia.
"Kami tak hanya siap menyediakan sistem misil antipesawat Sosna yang baru, tapi kami juga bisa memperbaharui sistem Strela-10 yang telah dipasok sebelumnya. Modernisasi 500 buah sistem Sterla-10 itu dapat dilakukan baik di Rusia atau di negara pemilik," kata Ignatov pada TASS. Menurut Ignatov, Uni Emirat Arab, Mesir, dan Algeria telah menyatakan ketertarikannya akan sistem misil terbaru ini.
"Senjata" untuk Negara Berkembang
Prinsip utama desain kompleks Sosna adalah sistem misil pertahanan udara jarak pendek yang memiliki performa tinggi dengan biaya rendah. Kompleks ini lebih mudah digunakan dan harganya lebih murah dibanding kompetitor utamanya, sistem misil antipesawat Pantsir-S. Namun, Sosna memiliki karakteristik tempur yang sebanding dengan Pantsir-S.
Kompleks Sosna akan menyelesaikan uji coba negara pada pertengahan 2015. Foto: Press photo.
Sosna pertama kali tampil di publik pada 2013. Menurut pihak pengembang, komplek tersebut didesain untuk melindungi unit militer dan beroperasi di seluruh operasi tempur, termasuk dalam pergerakan di darat, untuk menangkal serangan udara, sekaligus mengintai posisi musuh. Sistem ini dapat bekerja kapan saja, bahkan di tengah kabut dan di kala hujan, serta tak gentar menghadapi senjata elektronik aktif.
Kompleks ini akan menyelesaikan uji coba negara pada pertengahan 2015. Pihak pengembang juga mempertimbangkan kemungkinan untuk memodifikasi sistem agar dapat diangkut oleh pesawat tempur Rusia.
Meski Sosna belum digunakan oleh tentara Rusia, kompleks ini telah memiliki prospek cerah di pasar mancanegara. Sosna dibuat berdasarkan kompleks Sterla-10 yang dimodernisasi secara mendalam dan menyeluruh. Pemimpin Redaksi Jurnal Vestnik PVO Said Aminor menjelaskan, Sterla-10 sendiri saat ini telah beroperasi di 20 negara di seluruh dunia, dan memiliki pangsa pasar domestik dan mancanegara yang cukup luas.
Di Darat dan di Laut
Kompleks artileri roket berbasis kapal Palma merupakan alternatif solusi efektif untuk melindungi perbatasan. Kompleks ini mampu menangkis serangan rudal jelajah musuh saat mendekat, ketika misil antipesawat sudah tak berdaya.
Menurut Ignatov, berkat desain yang fleksibel, kompleks ini dapat ditempatkan di kapal, ditugaskan untuk mengamankan pelabuhan, serta melindungi aset-aset strategis.
Untuk menghancurkan musuh berjarak empat kilometer dan di ketinggian tiga kilometer, kompleks Palma menggunakan dua senjata antipesawat AO-18KD. Senapan berlaras enam kaliber 30 mm dapat menembakkan lima ribu peluru per menit (total sepuluh ribu peluru per menit).
Untuk mencari dan melacak target, Palma dapat diintegrasikan dengan sistem radar kapal. Untuk itu, Palma memiliki stasiun kontrol optoelektronik sendiri, yang dapat mendeteksi dan secara otomatis mengikuti sebuah target 'pesawat' pada jangkauan hingga 30 kilometer. Ia juga dapat menangkap dan menembak rudal jelajah yang berjarak sepuluh hingga 12 kilometer.
Optoelektronik adalah suatu aplikasi perangkat elektronik yang berfungsi mendeteksi dan mengontrol sumber cahaya atau dapat juga dikatakan sebagai peralatan pengubah dari tenaga listrik ke optik atau sebaliknya.
Sistem misil Palma menggunakan rudal presisi Sosna-R, sama seperti sistem pertahanan udara jarak pendek berbasis darat Sosna.
Namun, berbeda dengan 'saudara'-nya yang belum seratus persen siap, Palma telah dipasok ke negara lain (Proyek Rusia 11661 Gepard (Cheetah) yang dikirim ke Vietnam, telah dilengkapi dengan sistem ini), serta sudah bergabung dalam perbendaharaan senjata Angkatan Laut Rusia. Kelak, kompleks ini akan dipasang pada proyek kapal fregat terbaru Rusia, Proyek 22350.
Credit RBTH Indonesia