Sebanyak 23 WNI yang ditahan di Yaman kini
telah dibebaskan semuanya. Mereka akan dievakuasi ke tempat yang aman
dari peperangan. (Reuters/Anees Manousr)
"Keadaan di Yaman sangat mengkhawatirkan. Ketika ada peluang, kami langsung bergerak dan dalam dua hari, 21 orang bebas ditambah satu orang lagi ketemu tahanan ada TKI. Sekarang semua sudah berada di KBRI Sanaa," ujar Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Bantuan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri, Lalu Muhamad Iqbal, di Jakarta, Selasa (31/3).
Iqbal lantas menjabarkan bahwa dari 23 WNI, sebelumnya telah dibebaskan dua orang. "Lalu, 21 lainnya sudah dibebaskan enam kemarin dan sisanya baru saja dibebaskan," ucap Iqbal.
Setelah ditampung di KBRI Sanaa, 15 WNI yang dibebaskan hari ini akan menyusul rombongan pertama ke tempat evakuasi di Al Hudaydah.
"Tidak ada tempat yang 100 persen aman di Yaman. Kita evakuasi dari tempat yang tidak aman ke tempat yang lumayan aman. Yang 15 ini akan menyusul gelombang pertama yang sudah dievakuasi ke Al Hudaydah. Di sana lumayan aman dan airport masih berfungsi jadi kemungkinan evakuasi udara bisa dilaksanakan," papar Iqbal.
Sebelumnya, sempat beredar rumor bahwa mereka ditahan oleh kelompok pemberontak al-Houthi. Namun, Iqbal menampik berita tersebut.
"Sebelumnya ada spekulasi bahwa 23 WNI itu ditahan al-Houthi, itu enggak betul. Mereka itu mahasiswa yang berasal dari luar Sanaa dan tinggal masjid-masjid di Sanaa. Mereka tidak punya izin tinggal, jadi ditahan. Mereka masuk legal, tapi waktu mau perpanjang izin, sulit," tutur Iqbal.
Kelompok al-Houthi sendiri sudah mengudeta pemerintahan dan istana kepresidenan Yaman di Sanaa pada Januari lalu. Namun, Iqbal memastikan bahwa yang menahan para WNI adalah pemerintah resmi di bawah kepemimpinan Presiden Abd Rabbu Mansour Hadi.
Menurut penjabaran Iqbal, Houthi memang mengambil alih kekuasaan, tapi perangkat pemerintahannya tetap orang yang sama. Hanya pemerintah atas yang diganti.
"Enggak relevan juga kalau kita bilang pemerintah itu Houthi karena pemerintah yang sah masih Presiden Hadi. Perangkat yang di bawah ini hanya melakukan tugas sesuai dengan peraturan yang berlaku. Mereka periksa ada yang tidak punya izin, ditangkap," tutur Iqbal.
Yaman semakin berkobar saat koalisi serangan udara di bawah komando Arab Saudi melancarkan serangan guna memukul mundur pemberontak Syiah Houthi yang mulai menguasai Aden, benteng terakhir Presiden Yaman, Abd-Rabbu Mansour Hadi.
Saudi memulai serangan para Rabu (25/3) malam dan Hadi telah angkat kaki dari negaranya pada Kamis. Ia kini berada di Riyadh.
Credit CNN Indonesia