Senin, 01 Oktober 2018

Tiga Dugaan Penyebab Tsunami di Palu-Donggala



Foto udara kondisi kota Palu pascagempa dengan magnitudo 7,4 SR, Sabtu (29/9).
Foto udara kondisi kota Palu pascagempa dengan magnitudo 7,4 SR, Sabtu (29/9).
Foto: Antara/BNPB

Dari tiga kemungkinan itu yang paling kuat dugaanya adalah longsor bawah laut.




CB, JAKARTA -- Bencana alam gempa bumi kembali menyapa bumi Indonesia. Kini masyarakat di Donggala dan Palu, Sulawesi Tengah harus merasakan guncangan kuat yang membuat bangunan runtuh dan merusak infrastruktur. Bahkan gempa bumi ini tidak datang sendirian, tapi disertai oleh tsunami, yang juga turut merenggut nyawa mereka. Tim Ekpedisi Palu Koro yang terdiri dari berbagai elemen mencoba menganalisa, apa penyebab tsunami ini terjadi.

Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Sukmandaru Prihatmoko yang juga tergabung dalam Ekspedisi Paku Koro, menganalisis penyebab gempa bumi yang terjadi di Palu adalah adanya aktivitas sesar geser Palu Koro. Namun sebenarnya sesar Palu Koro ini kecil kemungkinan untuk dapat menyebabkan tsunami. Bahkan pada aktivitas gempa dengan magnitudo seperti saat ini.


"Kita belum memastikan penyebab terjadinya tsunami di di sana tapi kami menganalisa setidaknya ada tiga kemungkinan," jelas Sukmandaru, di Kantor Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Ahad (30/9).

Lanjut Sukmandaru, pertama Sesar Palu Koro bergeser, dan memicu adanya longsor bawah laut. Kemudian longsor ini membawa massa yaitu tanah atau batuan yang menimpa air laut dan membuat tsunami. Kedua, patahan tersebut memicu bergeraknya atau naiknya patahan di tempat lain dan diduga bisa terpicu penyebab tsunami. Ketiga karena patahan flower structure.

"Memang, harusnya patahan ini bergeser biasa, tapi di satu titik di dasar laut, ada titik yang berkumpul dan membuat pola seperti bunga. Sehingga mendesak air di atasnya dan memicu tsunami," tambahnya.


Namun dari tiga kemungkinan itu yang paling kuat dugaannya adalah adanya longsor bawah laut. Bukan tanpa alasan, hal ini disebabkan oleh keruhnya air laut ketika bencana ini datang. "Kalau tsunami yang di Teluk Palu itu airnya keruh sekali. Sementara tsunami di Donggala lebih jernih. Maka kemungkinan ada material yang longsor di dasar laut, mengotori air dan terbawa ke daratan," terang Sukmandaru.

Menurut Sukmandaru ada ada tiga jenis pergerakan lempeng. Pertama konvergen yaitu antara lempeng saling bertabrakan. Kedua divergen dimana lempeng saling berjauhan, dan ketiga transform atau sesar yang mana lempeng hanya saling bergeser. "Tsunami di Donggala dan Palu kemungkinan karena aktivitas lempeng saling bertabrakan," kata Sukmandaru.

Kemudian, untuk gempa bumi di Donggala dan Palu terkait langsung dengan sesar Palu Koro di luar 10 segmen yang sudah dipetakan. Pemetaan dan penelitian yang lebih rinci harus dilakukan di eksistensi Sesar Palu Koro bagian utara. Oleh karena itu, pihaknya berharap, sosialisasi mitigasi harus lebih gencar dilakukan oleh semua pihak tentang rentannya zona gempa sepanjang Palu Koro-Matano.



photo

Dampak gempa-tsunami di Palu dan Donggala.





Credit  republika.co.id