Senin, 29 Oktober 2018

AS Kirim Amunisi Terbesar ke Eropa sejak Pemboman Yugoslavia



AS Kirim Amunisi Terbesar ke Eropa sejak Pemboman Yugoslavia
Berbagai amunisi Amerika Serikat yang dikirim ke Pangkalan Udara Ramstein di Jerman. Foto/Angkatan Udara AS di Eropa-Afrika

BERLIN - Pangkalan Udara Ramstein di Jerman telah menerima sekitar 100 kontainer amunisi dari Amerika Serikat (AS). Pengiriman persenjataan itu tercatat yang terbesar oleh Washington sejak NATO melakukan pemboman di Yugoslavia pada tahun 1999.

"Berbagai amunisi sudah dikirim ke Ramstein selama bulan Oktober," kata pihak Angkatan Udara AS di Eropa-Afrika dalam sebuah pernyataan.

Pengiriman itu dimaksudkan untuk mendukung prakarsa NATO yang bernama "European Deterrence Initiative" dan memompa sumber daya yang tersedia untuk Angkatan Udara AS di Eropa.

Pentagon, lanjut pernyataan tersebut, bertujuan untuk meningkatkan waktu respons militer AS dengan memposisikan amunisi, bahan bakar, dan peralatan untuk dapat memberikan respons cepat terhadap ancaman yang dibuat oleh aktor agresif.

"Ramstein adalah pangkalan udara luar negeri dan pusat pengangkutan udara terbesar AS. Jadi tugas utama kami adalah mendapatkan amunisi di mana mereka harus tepat waktu," kata Sersan Arthur Myrick, kepala untuk Misioner Skuadron 86.

"Ini adalah amunisi dunia nyata untuk memenuhi tujuan dunia nyata. Itulah alasan kami mengunduh hal-hal tersebut, untuk memastikan kami memiliki kemampuan untuk menggerakkan pertarungan ke depan jika perlu," imbuh dia, seperti dikutip Russia Today, Sabtu (27/10/2018).

Sersan David Head, Kepala Bagian Operasi Amunisi Skuadron 86, mencatat bahwa pengiriman itu adalah "yang terbesar dari jenisnya sejak Operasi Pasukan Sekutu, yang berlangsung pada tahun 1999."

Saat itu, AS dan sekutunya meluncurkan serangan udara di Yugoslavia, tanpa restu Dewan Keamanan PBB, setelah menyalahkan Beograd atas penggunaan kekuatan yang berlebihan dan tidak proporsional dalam konflik dengan pemberontakan etnik Albania di Kosovo.

Dalam pemboman di Yugoslavia, pesawat-pesawat tempur NATO meluncurkan 900 serangan mendadak selama operasi pemboman brutal selama 78 hari. Data resmi menyatakan 758 waraga sipil tewas selama agresi tersebut. Namun sumber-sumber Serbia mengatakan jumlah korban sebenarnya dua kali lebih besar.

Sejak dimulainya konflik Ukraina dan reunifikasi Crimea dengan Rusia pada tahun 2014, NATO telah mengerahkan ribuan pasukan dan persenjataan berat ke negara-negara Baltik, Polandia, dan wilayah Eropa Tenggara. 

Selain itu, NATO juga menggelar latihan perang skala besar yang melibatkan pasukan Barat di dekat perbatasan Rusia secara teratur. Kapal-kapal perang NATO bahkan berpatroli secara bergiliran di Laut Hitam.

Blok militer yang dipimpin AS tersebut menjelaskan bahwa penumpukan militer dibutuhkan sehubungan dengan apa yang disebutnya sebagai perilaku agresif Rusia.

Moskow telah berulang kali membantah tuduhan bahwa Rusia memiliki rencana ekspansionis. Moskow menilai tindakan NATO meningkatkan risiko konflik dan merusak keamanan di Eropa.








Credit  sindonews.com