MOSKOW
- Presiden Rusia Vladimir Putin mengancam akan menjalankan respons
"cermin" terhadap setiap negara Eropa yang menjadi tumah rumah rudal
nuklir Amerika Serikat (AS). Menurutnya, Eropa dalam bahaya jika jadi
lokasi penyebaran misil-misil nuklir Washington.
Ancaman pemimpin Kremlin ini muncul setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengungkapkan niatnya untuk menarik diri Washington dari perjanjian senjata nuklir dengan Rusia yang dikenal sebagai Intermediate-range Nuclear Forces (INF) Treaty.
"Jika Amerika Serikat menarik diri dari perjanjian INF, pertanyaan utamanya adalah apa yang akan mereka lakukan dengan rudal-rudal baru ini," kata Putin dalam konferensi pers bersama Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte, hari Rabu di Moskow.
"Jika mereka akan mengirimnya ke Eropa, tentu saja respons kita harus mencerminkan itu," ujarnya.
Perjanjian INF diteken Presiden terakhir Soviet Mikhail Gorbachev dan Presiden AS Ronald Reagan tahun 1987. Setelah Soviet runtuh tahun 1990-an dan berganti menjadi Rusia, perjanjian itu terus dipertahankan untuk mencegah perang nuklir.
Namun, Trump menuduh Moskow sudah melanggar perjanjian INF. Dia juga menilai perjanjian itu tidak efektif karena tidak mencakup China, yang memiliki kemampuan untuk mengembangkan rudal jarak menengah.
Sejak perjanjian INF diberlakukan, AS menghapus rudal-rudal Cruise dan Pershing yang dikerahkan di Inggris dan Jerman Barat. Sedangkan Soviet kala itu menarik kembali rudal SS-20 yang bisa menjangkau seluruh Eropa.
Sejak 2014, AS telah menuduh Rusia melanggar INF dengan mengembangkan SSC-8, rudal jelajah jarak menengah, yang juga memiliki nama Novator 9M729.
Ancaman pemimpin Kremlin ini muncul setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengungkapkan niatnya untuk menarik diri Washington dari perjanjian senjata nuklir dengan Rusia yang dikenal sebagai Intermediate-range Nuclear Forces (INF) Treaty.
"Jika Amerika Serikat menarik diri dari perjanjian INF, pertanyaan utamanya adalah apa yang akan mereka lakukan dengan rudal-rudal baru ini," kata Putin dalam konferensi pers bersama Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte, hari Rabu di Moskow.
"Jika mereka akan mengirimnya ke Eropa, tentu saja respons kita harus mencerminkan itu," ujarnya.
Perjanjian INF diteken Presiden terakhir Soviet Mikhail Gorbachev dan Presiden AS Ronald Reagan tahun 1987. Setelah Soviet runtuh tahun 1990-an dan berganti menjadi Rusia, perjanjian itu terus dipertahankan untuk mencegah perang nuklir.
Namun, Trump menuduh Moskow sudah melanggar perjanjian INF. Dia juga menilai perjanjian itu tidak efektif karena tidak mencakup China, yang memiliki kemampuan untuk mengembangkan rudal jarak menengah.
Sejak perjanjian INF diberlakukan, AS menghapus rudal-rudal Cruise dan Pershing yang dikerahkan di Inggris dan Jerman Barat. Sedangkan Soviet kala itu menarik kembali rudal SS-20 yang bisa menjangkau seluruh Eropa.
Sejak 2014, AS telah menuduh Rusia melanggar INF dengan mengembangkan SSC-8, rudal jelajah jarak menengah, yang juga memiliki nama Novator 9M729.
Pada hari Rabu, Putin kembali menolak tuduhan Trump bahwa Rusia melanggar perjanjian INF. Dia mengatakan runtuhnya pakta tersebut akan mengarah pada perlombaan senjata baru, dengan situasi yang dia gambarkan "sangat berbahaya".
Putin menuduh balik AS yang melanggar perjanjian tersebut.
"Bangsa-bangsa Eropa yang akan setuju dengan itu (penempatan rudal nuklir AS) harus memahami bahwa mereka akan mengekspos wilayah mereka ke ancaman serangan pembalasan. Ini adalah hal yang jelas," katanya.
"Saya tidak mengerti mengapa kita harus menempatkan Eropa dalam bahaya besar seperti itu," ujarnya, seperti dikutip DW, Kamis (25/10/2018).
"Saya tidak melihat alasan untuk itu...Saya ingin mengulang bahwa itu bukan pilihan kami. Kami tidak menginginkannya," imbuh Putin.
"Bangsa-bangsa Eropa yang akan setuju dengan itu (penempatan rudal nuklir AS) harus memahami bahwa mereka akan mengekspos wilayah mereka ke ancaman serangan pembalasan. Ini adalah hal yang jelas," katanya.
"Saya tidak mengerti mengapa kita harus menempatkan Eropa dalam bahaya besar seperti itu," ujarnya, seperti dikutip DW, Kamis (25/10/2018).
"Saya tidak melihat alasan untuk itu...Saya ingin mengulang bahwa itu bukan pilihan kami. Kami tidak menginginkannya," imbuh Putin.
Pemimpin Kremlin itu berharap untuk membahas masalah tersebut dengan Trump di Paris 11 November mendatang dalam sebuah acara yang menandai 100 tahun Hari Gencatan Senjata.
Sementara itu, sekutu-sekutu NATO akan bertemu pada hari Kamis untuk mendengar Washington menjelaskan rencana Trump untuk menarik AS keluar dari perjanjian INF.
Sebelumnya pada hari Rabu, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan bahwa anggota aliansi militer Barat menyalahkan Rusia karena mengembangkan rudal baru yang melanggar perjanjian INF. Dia tidak mengharapkan Barat untuk meningkatkan persenjataan nuklir di Eropa sebagai respons.
"Saya tidak memperkirakan bahwa sekutu akan mengerahkan lebih banyak senjata nuklir di Eropa sebagai tanggapan terhadap rudal Rusia yang baru," kata Stoltenberg kepada wartawan di markas NATO di Brussels.
Stoltenberg juga menyalahkan Rusia karena pelanggaran perjanjian itu. "Semua sekutu setuju bahwa Amerika Serikat sepenuhnya mematuhi...masalah, ancaman, tantangannya adalah perilaku Rusia," kata Stoltenberg.
"NATO mendukung kontrol senjata tetapi untuk menjadi efektif, perjanjian kontrol senjata harus dihormati oleh semua pihak," imbuh dia.
Dia berbicara sehari setelah pejabat senior AS John Bolton memberi tahu Putin tentang rencana Washington keluar dari perjanjian INF ketika berkunjung ke Moskow.
Bolton mengatakan Washington belum memberikan pemberitahuan penarikan diri AS secara resmi, tetapi dia menyuarakan skeptisisme bahwa perjanjian itu bisa diselamatkan.
Credit sindonews.com