CB, Jakarta - Korea Utara
dilaporkan berencana untuk mengembangkan program senjata biologi,
termasuk pabrik untuk menghasilkan mikroba mematikan dan laboratorium
yang mengkhususkan diri pada modifikasi genetik. Ini lompatan besar yang
mengejutkan peneliti Amerika Serikat.
Menurut laporan baru dari intelijen Amerika, Asia serta ahli senjata, Korea Utara yang mengklaim telah berhasil mengembangkan senjata nuklir berkekuatan besar ini juga telah mengirim ilmuwan ke luar negeri untuk mendapatkan gelar sarjana dalam bidang mikrobiologi, dan menawarkan untuk menjual layanan bioteknologi ke negara-negara berkembang.
"Rezim komunis yang sejak lama mengakuisisi patogen yang menyebabkan cacar dan antraks, telah mengumpulkan tim ilmuwan namun tampaknya kurang memiliki keterampilan teknis tertentu," demikian isi laporan tersebut, seperti yang dilansir Independent pada 12 Desember 2017.
Fakta tersebut telah mengejutkan analis dan peneliti Amerika Serikat
yang mengatakan Korea Utara dengan cepat melonjak memasuki produksi
patogen biologis skala industri. Senjata biologi itu akan dipakai Korea
Utara untuk mengancam negara tetangga atau tentara Amerika dalam konflik
di masa depan.
Lima bulan sebelum uji coba nuklir pertama Korea Utara pada tahun 2006, pejabat intelijen AS mengirim sebuah laporan ke Kongres untuk memperingatkan bahwa pekerjaan rahasia juga sedang dilakukan dengan senjata biologis.
Satu dekade kemudian, rintangan teknis tampaknya lenyap. Korea Utara bergerak dengan mantap untuk memperoleh mesin penting yang dapat digunakan untuk program senjata biologi lanjutan.
Pada Juni 2015, Presiden Kim Jong-un memberi gambaran menggoda pada Institut Bioteknik Pyongyang, sebuah fasilitas besar yang menurut media pemerintah fasilitas itu merupakan pabrik pembuatan pestisida untuk pertanian.
Namun analis AS khawatir dengan gambar yang menunjukkan alat fermentasi skala industri Korea Utara itu. Alat fermentasi itu dikhawatirkan digunakan untuk menumbuhkan sejumlah besar mikroba dan pengering hidup yang bisa mengubah spora bakteri menjadi serbuk halus untuk memudahkan penyebaran.
Menurut laporan baru dari intelijen Amerika, Asia serta ahli senjata, Korea Utara yang mengklaim telah berhasil mengembangkan senjata nuklir berkekuatan besar ini juga telah mengirim ilmuwan ke luar negeri untuk mendapatkan gelar sarjana dalam bidang mikrobiologi, dan menawarkan untuk menjual layanan bioteknologi ke negara-negara berkembang.
"Rezim komunis yang sejak lama mengakuisisi patogen yang menyebabkan cacar dan antraks, telah mengumpulkan tim ilmuwan namun tampaknya kurang memiliki keterampilan teknis tertentu," demikian isi laporan tersebut, seperti yang dilansir Independent pada 12 Desember 2017.
Lima bulan sebelum uji coba nuklir pertama Korea Utara pada tahun 2006, pejabat intelijen AS mengirim sebuah laporan ke Kongres untuk memperingatkan bahwa pekerjaan rahasia juga sedang dilakukan dengan senjata biologis.
Satu dekade kemudian, rintangan teknis tampaknya lenyap. Korea Utara bergerak dengan mantap untuk memperoleh mesin penting yang dapat digunakan untuk program senjata biologi lanjutan.
Pada Juni 2015, Presiden Kim Jong-un memberi gambaran menggoda pada Institut Bioteknik Pyongyang, sebuah fasilitas besar yang menurut media pemerintah fasilitas itu merupakan pabrik pembuatan pestisida untuk pertanian.
Namun analis AS khawatir dengan gambar yang menunjukkan alat fermentasi skala industri Korea Utara itu. Alat fermentasi itu dikhawatirkan digunakan untuk menumbuhkan sejumlah besar mikroba dan pengering hidup yang bisa mengubah spora bakteri menjadi serbuk halus untuk memudahkan penyebaran.
Credit TEMPO.CO