"Kami siap mengadakan pertemuan pertama tanpa prasyarat. Mari kita
bertemu saja. Kita bisa membicarakan cuaca kalau mau. Kita bisa bicara
tentang apakah itu akan menjadi meja persegi atau meja bundar," kata
Tillerson dalam sebuah pidato di Washington DC.
Pernyataannya menggarisbawahi pentingnya usaha menumpulkan ancaman Korut yang semakin agresif. Seperti dilansir di Telegraph, Rabu (13/12) Tillerson mengatakan setiap pembicaraan harus terjadi di tengah masa tenang.
Pyongyang menolak permohonan diplomatik dan terus maju dengan program persenjataannya meski ada beberapa putaran sanksi dari Perserikatan Bangsa-bangsa. Korut juga telah melenturkan otot militernya dengan menguji rudal balistik antarbenua dan mungkin juga telah meledakkan bom hidrogen.
Sementara Presiden AS Donald Trump dan pejabat utamanya secara konsisten mengulurkan kemungkinan konfrontasi militer. Tilerson pada bulan lalu menanggapi uji coba Korut yang terakhir dengan mengatakan, opsi diplomatik tetap berjalan dan terbuka untuk saat ini. Hal ini membuat kemungkinan diterapkannya sanksi ekonomi tambahan dari AS semakin mengambang.
Sebaliknya, rekan Tillerson di PBB Duta Besar AS Nikki Halley bereaksi terhadap uji coba pada akhir November tersebut. Halley memperingatkan rezim Korut akan menjadi benar-benar hancur jika tindakannya terus memaksa dunia menuju perang. Dia sebeumnya mengatakan alat-alat diplomatik secara efektif sudah kelelahan.
Pernyataannya menggarisbawahi pentingnya usaha menumpulkan ancaman Korut yang semakin agresif. Seperti dilansir di Telegraph, Rabu (13/12) Tillerson mengatakan setiap pembicaraan harus terjadi di tengah masa tenang.
Pyongyang menolak permohonan diplomatik dan terus maju dengan program persenjataannya meski ada beberapa putaran sanksi dari Perserikatan Bangsa-bangsa. Korut juga telah melenturkan otot militernya dengan menguji rudal balistik antarbenua dan mungkin juga telah meledakkan bom hidrogen.
Sementara Presiden AS Donald Trump dan pejabat utamanya secara konsisten mengulurkan kemungkinan konfrontasi militer. Tilerson pada bulan lalu menanggapi uji coba Korut yang terakhir dengan mengatakan, opsi diplomatik tetap berjalan dan terbuka untuk saat ini. Hal ini membuat kemungkinan diterapkannya sanksi ekonomi tambahan dari AS semakin mengambang.
Sebaliknya, rekan Tillerson di PBB Duta Besar AS Nikki Halley bereaksi terhadap uji coba pada akhir November tersebut. Halley memperingatkan rezim Korut akan menjadi benar-benar hancur jika tindakannya terus memaksa dunia menuju perang. Dia sebeumnya mengatakan alat-alat diplomatik secara efektif sudah kelelahan.
Credit REPUBLIKA.CO.ID
Menlu AS Siap Berunding dengan Korut Tanpa Syarat
Menlu AS Rex Tillerson menawarkan Korut kesempatan untuk berunding tanpa syarat. (Reuters/Valentyn Ogirenko)
"Mari kita bertemu saja," ujar Tillerson dalam pidato untuk think tank Washington Atlantic Council pada Selasa waktu setempat (12/12), memberikan tawaran diplomatik baru di tengah peningkatan ketegangan terkait kemajuan program peluru kendali dan nuklir Pyongyang dan retorika keras antara kedua pihak.
Ketegangan kembali meningkat sejak Korea Utara menyatakan telah melakukan "terobosan" dengan meluncurkan rudal balistik antarbenua atau ICBM baru yang diklaim bisa mencapai daratan Amerika, bulan lalu.
Meski menegaskan posisi Washington yang sejak lama tak bisa menerima senjata nuklir di Korea Utara, Tilllerson mengatakan Amerika Serikat "siap berbicara kapan saja mereka siap berbicara," tapi mesti lebih dulu ada "masa senyap" tanpa uji coba dan rudal.
|
Namun, dia menegaskan bahwa Amerika Serikat ingin menyelesaikan masalah Korea Utara dengan diplomasi damai dan menawarkan perundingan, jauh tak seperti ancaman-ancaman yang dilontarkan Presiden Donald Trump belakangan ini.
"Kita bisa bicara soal cuaca saja jika Anda mau. Kita bisa bicarakan apakah kita akan menggunakan meja kotak atau bundar," ujar Tillerson.
"
Lalu kita bisa mulai membicarakan rencana hal-hal yang kita mau usahakan," ujarnya, menyiratkan kedua pihak akan lebih dulu membicarakan aturan-aturan negosiasi formal seandainya terjadi hubungan dengan Korea Utara kelak.
Credit cnnindonesia.com