CB, Beijing - Cina dan Rusia mulai bekerja sama menggelar latihan simulasi komputer anti serangan misil Korea Utara. Media Cina, South China Morning Post, melansir latihan ini sebagai tanggapan atas meningkatnya ancaman serangan misil dari Korea Utara.
"Latihan ini disebut Aerospace Security 2017 dan dimulai pada Senin mengikuti latihan serupa yang digelar di Rusia pada Mei tahun lalu," begitu dilansir SCMP, Selasa, 12 Desember 2017.
"Latihan-latihan
ini untuk menyiapkan militer kedua negara menyikapi Korea utara yang
semakin provokatif dan sulit diprediksi," kata Li Jie, pengamat militer
di Beijing.
Latihan ini akan berlangsung selama enam hari. Menurut media itu, mengutip pernyataan analis, latihan ini juga ditujukan untuk mengkounter aliansi pimpinan Amerika Serikat di Asia Timur sebagai respon atas meningkatnya ketegangan di Semenanjung Korea.
"Langkah terbaru ini sebagai respon atas meningkatkan kerja sama AS dengan sekutunya di Asia Timur Laut dalam membangun sistem pertahanan misil," kata Collin Koh, pengamat militer di Nanyang Technological University di Singapura.
Jepang diketahui membeli paket Aegis Ashore, yang merupakan sistem antimisil. Sedangkan Korea Selatan telah membeli paket sistem pertahanan antirudal Terminal High Altitude Area Defence (THAAD) dari AS.
Kementerian Pertahanan Cina mengatakan latihan ini untuk menangkis serangan rudal balistik dan rudal penjelajah di kawasan itu. Cina dan Rusia bekerja sama untuk menangkis serangan yang diduga datang dari negara pihak ketiga.
Uniknya, latihan ini juga berlangsung bersamaan dengan latihan pelacakan pergerakan misil balistik yang dilakukan oleh AS, Jepang, dan Korea Selatan.
Selain bersiap soal serangn antimisil, Cina juga dikabarkan menyiapkan kamp pengungsi di perbatasan dengan Korea Utara. Ini dilakukan untuk mengantisipasi jika perang meletus di Semenanjung Korea.
Menurut media The Independent, Korea Utara juga ditengarai menyiapkan senjata biologis, yang bisa digunakan untuk menyerang musuh. Laporan dari tim intelejen AS mengindikasikan Korea Utara juga berupaya menjual senjata biologis ini ke negara-negara lain.
"Latihan ini disebut Aerospace Security 2017 dan dimulai pada Senin mengikuti latihan serupa yang digelar di Rusia pada Mei tahun lalu," begitu dilansir SCMP, Selasa, 12 Desember 2017.
Pengamat
militer di Beijing mengatakan latihan ini digelar untuk memberi pesan
kepada Korea Utara bahwa Cina dan Rusia bersiap menghadapi kemungkinan
terjadinya krisis.
Latihan ini akan berlangsung selama enam hari. Menurut media itu, mengutip pernyataan analis, latihan ini juga ditujukan untuk mengkounter aliansi pimpinan Amerika Serikat di Asia Timur sebagai respon atas meningkatnya ketegangan di Semenanjung Korea.
"Langkah terbaru ini sebagai respon atas meningkatkan kerja sama AS dengan sekutunya di Asia Timur Laut dalam membangun sistem pertahanan misil," kata Collin Koh, pengamat militer di Nanyang Technological University di Singapura.
Jepang diketahui membeli paket Aegis Ashore, yang merupakan sistem antimisil. Sedangkan Korea Selatan telah membeli paket sistem pertahanan antirudal Terminal High Altitude Area Defence (THAAD) dari AS.
Kementerian Pertahanan Cina mengatakan latihan ini untuk menangkis serangan rudal balistik dan rudal penjelajah di kawasan itu. Cina dan Rusia bekerja sama untuk menangkis serangan yang diduga datang dari negara pihak ketiga.
Uniknya, latihan ini juga berlangsung bersamaan dengan latihan pelacakan pergerakan misil balistik yang dilakukan oleh AS, Jepang, dan Korea Selatan.
Selain bersiap soal serangn antimisil, Cina juga dikabarkan menyiapkan kamp pengungsi di perbatasan dengan Korea Utara. Ini dilakukan untuk mengantisipasi jika perang meletus di Semenanjung Korea.
Menurut media The Independent, Korea Utara juga ditengarai menyiapkan senjata biologis, yang bisa digunakan untuk menyerang musuh. Laporan dari tim intelejen AS mengindikasikan Korea Utara juga berupaya menjual senjata biologis ini ke negara-negara lain.
Credit TEMPO.CO