Kelompok militan ISIS mengaku yang melakukan serangan di Nasiriyah, yang menewaskan sedikitnya 60 orang dan melukai 90 lainnya.
Sedikitnya 60 orang tewas dalam dua serangan di Nasiriyah, ibukota Provinsi Dhiqar, menurut polisi dan aparat kesehatan.
Saeorang
pengebom bunuh diri meledakkan rompi yang berisi bahan peledak dan
sekelompok pria bersenjata melepas tembakan di dalam sebuah restoran di
kota di Irak selatan itu. Tak lama kemudian sebuah bom mobil meledak di pos pemeriksaan tak jauh dari restoran tersebut.
Kelompok yang menamakan diri Negara Islam atau ISIS menyatakan bertanggung jawab atas kedua serangan, yang menewaskan jemaah Muslim Syiah, termasuk warga Iran.
Sedikitnya tujuh warga Iran, menurut petugas kesehatan, termasuk dalam korban jiwa sementara lebih dari 90 lainnya cedera.
Laporan kantor berita AFP mengatakan para penyerang menyamar sebagai anggota Hashd al-Shaabi, satu gerakan Muslim Syiah yang berperang bersama pasukan Irak melawan ISIS.
"Seorang penyerang meledakkan rompi bunuh dirinya di dalam restoran yang padat sementara sekelompok pria bersenjata melepas tembakan dan granat kepada para pelanggan," kata Kolonel (pol) Ali Abdul Hussain, seperti dikutip kantor berita Reuters.
Laporan-laporan yang belum dikukuhkan menyebutkan beberapa aparat polisi tewas dalam serangan atas sebuah pos pemeriksaan dan belum diketahui jumlah korban jiwa di tempat serangan kedua.
ISIS mengalami kekalahan di medan perang, baik di Irak maupun Suriah, namun tetap memiliki kemampuan untuk melancarkan serangan yang mematikan atas sasaran-sasaran lemah, menurut pengamat Timur Tengah BBC, Alan Johnston.
Kelompok yang mencita-citakan untuk mendirikan kekhalifahan itu diyakini masih memili ratusan pengikut untuk melancarkans erangan.
Namun serangan ISIS relatif jarang di Irak selatan dan Provinsi Dhiqar selama ini tidak menderita akibat kekerasan di Irak.
Tempat yang menjadi sasaran adalah jalan utama yang sering digunakan jemaah Muslim Syiah dan para pengunjung dari Iran untuk menuju kota suci Najaf dan Karbala di Irak utara.
Credit bbc.com