TALLINN
- Jerman merasa waswas dengan rencana latihan perang Rusia di dekat
“sayap” timur NATO pada bulan ini. Berlin memprediksi Moskow akan
mengerahkan hingga 100.000 tentara.
Moskow sendiri mengklaim latihan perang hanya melibatkan 13.000 tentara Rusia dan Belarusia. Latihan yang dimulai pada 14-20 September 2017 dikenal sebagai Zapad.
Lokasi manuver besar-besaran militer Moskow ini akan berlangsung di Laut Baltik, Rusia barat dan wilayah Rusia di Kaliningrad. Meski menimbulkan kegelisahan di pihak NATO, Moskow menegaskan bahwa latihan perangnya hanya akan melakukan skenario defensif.
”Tidak diragukan lagi bahwa kita akan melihat demonstrasi kemampuan dan kekuatan orang-orang Rusia,” kata Menteri Pertahanan Jerman Ursula von der Leyen kepada wartawan pada pertemuannya dengan para Menteri Pertahanan Uni Eropa di Tallinn pada hari Kamis.
”Siapa pun meragukan bahwa hanya mengharuskan melihat tingginya jumlah pasukan yang berpartisipasi dalam latihan Zapad; lebih dari 100.000 (tentara),” lanjut dia dalam sebuah konferensi pers bersama dengan mitranya dari Prancis, Florence Parly, seperti dilansir Reuters, Jumat (8/9/2017).
Negara-negara Baltik telah menyuarakan keprihatinan tentang latihan perang besar-besaran Rusia ini. Komentar Von der Leyen ini merupakan reaksi pertama politisi top Barat secara terbuka kepada Rusia karena NATO semula hanya mengharapkan latihan melibatkan tak lebih dari 13.000 tentara.
Jumlah prediksi tentara Moskow yang akan dikerahkan dalam manuver besar-besaran di dekat wilayah NATO itu dianggap legal di bawah perjanjian internasional tentang latihan perang. Meski demikian, perlu pemantau internasional untuk memverifikasi jumlah pasukan yang terlibat nanti.
Rusia sebelumnya menyatakan bahwa pemantau internasional tidak diwajibkan karena jumlah tentara yang akan terlibat kurang dari 13.000 personel.
Sementara itu, NATO menyatakan, upaya untuk meredam ketegangan telah dilakukan di mana Jenderal NATO, Petr Pavel, mengadakan pertemuan pertama dengan jenderal tertinggi Rusia, Valery Gerasimov, di Azerbaijan pada hari Kamis.
Moskow sendiri mengklaim latihan perang hanya melibatkan 13.000 tentara Rusia dan Belarusia. Latihan yang dimulai pada 14-20 September 2017 dikenal sebagai Zapad.
Lokasi manuver besar-besaran militer Moskow ini akan berlangsung di Laut Baltik, Rusia barat dan wilayah Rusia di Kaliningrad. Meski menimbulkan kegelisahan di pihak NATO, Moskow menegaskan bahwa latihan perangnya hanya akan melakukan skenario defensif.
”Tidak diragukan lagi bahwa kita akan melihat demonstrasi kemampuan dan kekuatan orang-orang Rusia,” kata Menteri Pertahanan Jerman Ursula von der Leyen kepada wartawan pada pertemuannya dengan para Menteri Pertahanan Uni Eropa di Tallinn pada hari Kamis.
”Siapa pun meragukan bahwa hanya mengharuskan melihat tingginya jumlah pasukan yang berpartisipasi dalam latihan Zapad; lebih dari 100.000 (tentara),” lanjut dia dalam sebuah konferensi pers bersama dengan mitranya dari Prancis, Florence Parly, seperti dilansir Reuters, Jumat (8/9/2017).
Negara-negara Baltik telah menyuarakan keprihatinan tentang latihan perang besar-besaran Rusia ini. Komentar Von der Leyen ini merupakan reaksi pertama politisi top Barat secara terbuka kepada Rusia karena NATO semula hanya mengharapkan latihan melibatkan tak lebih dari 13.000 tentara.
Jumlah prediksi tentara Moskow yang akan dikerahkan dalam manuver besar-besaran di dekat wilayah NATO itu dianggap legal di bawah perjanjian internasional tentang latihan perang. Meski demikian, perlu pemantau internasional untuk memverifikasi jumlah pasukan yang terlibat nanti.
Rusia sebelumnya menyatakan bahwa pemantau internasional tidak diwajibkan karena jumlah tentara yang akan terlibat kurang dari 13.000 personel.
Sementara itu, NATO menyatakan, upaya untuk meredam ketegangan telah dilakukan di mana Jenderal NATO, Petr Pavel, mengadakan pertemuan pertama dengan jenderal tertinggi Rusia, Valery Gerasimov, di Azerbaijan pada hari Kamis.
Credit sindonews.com