Jumat, 10 Februari 2017

Program Nuklir Iran dan Propaganda Negatif


Kesepakatan nuklir Iran adalah kesepakatan internasional.

Program Nuklir Iran dan Propaganda Negatif
Ads by Kiosked
Reaktor Nuklir Bushehr Iran. (energia.gr)
 
CB – Duta besar Iran untuk Indonesia, Valiollah Mohammadi mengungkapkan, propaganda negatif nuklir damai negaranya yang dinilai mengancam keamanan internasional dan berujung pada penjatuhan sanksi justru semakin menguatkan Iran.
Padahal, keberhasilan nuklir Iran termasuk salah satu kategori prestasi ilmiah. Dubes Valiollah menuturkan Iran dapat menghadapi dan melewati kondisi ini berkat dukungan masyarakat dan pemerintahan yang solid.
Di samping itu, pemerintah Iran mampu membangun sebuah simbol pendekatan baru yang didasarkan pada moderasi dan logika dalam hubungan internasional. "Kesepakatan nuklir Iran merupakan kesepakatan internasional. Kesepakatan ini datang dari negara 5+1. Tidak ada satu negara yang dapat merusak atau mematahkan kesepakatan ini," ujarnya di Jakarta, Kamis malam, 9 Februari 2017.
Negara 5+1 terdiri lima Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (Amerika Serikat, Inggris, Rusia, Prancis dan China) ditambah Jerman.
Menurutnya, negosiasi Iran dengan negara 5+1 tidak hanya membangun dinding kepercayaan dan menghapus kekhawatiran dunia, tetapi juga bisa mencapai sebuah kesepakatan yang bernama "Rencana Tindakan Komprehensif Bersama".
Melalui kesepakatan ini pula, Dubes Valiollah menambahkan, aktivitas damai nuklir Iran bisa menghilangkan berbagai isu negatif yang direkayasa. "Kami memiliki komitmen multilateral yang menghasilkan pengakuan internasional dalam memanfaatkan hak wajar bangsa Iran untuk menggunakan teknologi nuklirnya secara damai," tuturnya.
Pascakesepakatan nuklir dan pencabutan sanksi ekonomi terhadap Iran, komunitas internasional secara serius mengikuti kerja sama dan interaksi dengan negeri Mullah tersebut.
Tahun lalu, puluhan kontrak dan Memorandum of Understanding (MoU) telah disahkan di bidang ekonomi, investasi, minyak, dan perdagangan. Seluruh kerja sama ini dihasilkan dari sejumlah negara dan perusahaan raksasa, seperti Boeing dan Airbus.



Credit  VIVA.co.id