Kamis, 01 Desember 2016

Tragedi Chapecoense, rahasia mengapa ada korban selamat


 
Tragedi Chapecoense, rahasia mengapa ada korban selamat
Pesepak bola Brazil Alan Luciano Ruschel dari klub sepak bola Chapecoense menerima perawatan setelah sebuah pesawat jatuh di Antioquia, pusat Kolombia, Selasa (29/11/2016). (REUTERS/Guillermo Ossa/EL TIEMPO/cfo/16)
 
 
La Union, Kolombia/Chapeco, Brasil (CB) - Salah seorang dari enam korban selamat dari pesawat BAe 146 buatan BAE Systems Plc yang membawa tim sepak bola Brasil Chapecoense namun jatuh menabrak gunung di Kolombia Senin tengah malam lalu mengaku dia selamat karena tidak panik dan mengikuti prosedur keselamatan penerbangan.

Korban selamat yang tak lain adalah teknisi penerbangan dan warga Bolivia bernama Erwin Tumiri itu mengaku ketat menuruti prosedur keselamatan penerbangan, ketika yang lain malah panik.

"Banyak penumpang yang bangkit dari kursinya dan berteriak-teriak. Saya sendiri menempatkan tas di antara dua kaki saya dan mengambil posisi membungkuk seperti direkomendasikan (petunjuk keselamatan terbang)," kata dia kepada Radio Caracol, Kolombia.

Sementara itu pramugara Ximena Suarez yang juga korban selamat, mengungkapkan lampu pesawat mati sekitar satu menit sebelum pesawat menabrak gunung.

Salah satu dari tiga pemain Chapecoense yang selamat dari tragedi ini. kiper cadangan Jackson Follmann, telah pulih setelah kaki kanannya diamputasi.

Sebaliknya, bek Helio Neto, masih dalam perawatan intensif karena trauma akut pada tengkorak, rongga dada dan paru-paru. Rekannya sesama bek, Alan Ruschel, harus menjadi bedah tulang belakang.

Suarez dan Tumiri terguncang namun tidak dalam kondisi kritis, sedangkan wartawan Rafael Valmorbida masih berada dalam perawatan intensif akibat patah tulang rusuk yang merenggut satu paru-parunya, demikian Reuters.



Credit  ANTARA News


Tragedi Chapecoense, pesawat jatuh karena kehabisan bahan bakar

Tragedi Chapecoense, pesawat jatuh karena kehabisan bahan bakar
Pesawat Avro RJ85 British Aerospace 146 yang jatuh di Kolombia pada Selasa (29/11/2016). (Reuters)
Mayday mayday ...Bantu kami menemukan runway ...Tolong, tolong
La Union, Kolombia/Chapeco, Brasil (CB) - Berdasarkan komunikasi terakhir yang terekam, pilot pesawat yang jatuh di Kolombia membawa delegasi tim sepak bola Brasil Chapecoense, melakukan panggilan radio bahwa dia kehabisan bahan bakar dan dalam keadaan darurat.

Kecelakaan pesawat yang terjadi Senin tengah malam itu menewaskan 71 orang dan mengguncang sepak bola dunia.

Hanya enam orang yang selamat dalam penerbangan maskapai carteran Bolivia LAMIA itu, termasuk tiga pemain Chapecoense yang saat itu dalam perjalanan menuju pertandingan paling bersejarah mereka, final Copa Sudamericana.

"Nona, LAMIA 933 dalam gangguan total, gangguan elektronik total, tanpa bahan bakar," kata sang pilot dari Bolivia bernama Miguel Quiroga kepada seorang operator perempuan menara pengawas udara di bandara Medellin.

"Darurat bahan bakar, nona," sambung dia kemudian meminda izin mendarat darurat.

Fakta ini selaras dengan kesaksian seorang kopilot sebuah pesawat Avianca yang terbang bersamaan dengan pesawat jatuh itu yang mengaku mendengar pesawat LAMIA melaporkan kehabisan bahan bakar dan harus mendarat.

"Mayday mayday ...Bantu kami menemukan runway ...Tolong, tolong," kata kopilot bernama Juan Sebastian Upegui itu mengulangi apa yang didengarnya dari pilot LAMIA yang kemudian dikutip media massa Kolombia. "Lalu berhenti...Kami semua  (yang mendengar komunikasi pilot LAMIA) menangis."

Alfredo Bocanegra, kepala otoritas penerbangan sipil, mengatakan rekaman itu bisa digunakan sebagai bagian dari penyelidikan, dan Upegui bisa disebut saksi mata.

Pesawat BAe 146 buatan BAE Systems Plc itu menabrak gunung, demikian Reuters.



Credit  ANTARA News


Tragedi Chapecoense, kata-kata terakhir pilot, "tolong kami"

Tragedi Chapecoense, kata-kata terakhir pilot,
Pesawat Avro RJ85 British Aerospace 146 yang mengangkut 71 penumpang, termasuk anggota klub sepak bola Brasil, Chapesoense Real, jatuh di Kolombia pada Selasa (29/11/2016). (Reuters)
 
Jakarta (CB) - Kalimat terakhir dari pilot pesawat carter Bolivia yang jatuh di Kolombia saat menangkut delegasi klub sepak bola divisi utama Brasil, Chapecoense, dirilis ke publik.

Menurut Metro.co.uk, pilot bernama Miguel Alejandro Quiroga Murakami itu terdengar mengucapkan kalimat, "bahan bakar habis", "tolong kami", dan "kami akan jatuh".

Percakapan dia dengan petugas menara pengawas udara ini didengarkan oleh sesama pilot Juan Sebastian Upegui.

Pesawat carteran ini jatuh menewaskan 71 penumpangnya, termasuk 20 wartawan olah raga Brasil yang akan meliput kiprah mengejutkan klub kecil Chapecoense yang melesat statusnya dari klub liga kasta rendah menjadi klub liga elite Brasil.

Pihak berwenang Kolombia terus mencari jawaban di balik jatuhnya pesawat yang mengangkut tim sepak bola yang memiliki kisah bak Cinderella karena bisa maju ke final salah satu turnamen bergengsi tinggi di Amerika Selatan.

Awak pesawat jarak pendek British Aerospace 146 itu sempat mengeluarkan panggilan darurat dan kehilangan kontak di radar sebelum pukul 10 malam Senin waktu setempat. Kini kotak hitam pesawat telah ditemukan dan sedang dianalisis.

Pesawat ini bertolak dari Santa Cruz, Bolivia, membawa tim Chapecoense dari Brasil selatan untuk menjalani laga leg pertama final Copa Sudamericana melawan Atletico Nacional, Medellin.

Pihak berwenang Kolombia tadinya menyebut pesawat mengalami masalah listrik atau elektronik namun saat itu faktor hujan lebat juga tak bisa dikesampingkan.

Credit  ANTARA News