Jumat, 23 Desember 2016

Ingin Perkuat Senjata Nuklir AS, Donald Trump Dinilai Sembrono


 
Ingin Perkuat Senjata Nuklir AS, Donald Trump Dinilai Sembrono
Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump, pada Kamis (22/12/2016) minta AS memperkuat kemampuan senjata nuklirnya. Foto / REUTERS / Lucas Jackson
 
NEW YORK - Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald John Tump, tiba-tiba menuliskan pesan bahwa AS harus memperkuat dan memperluas kemampuan senjata nuklirnya. Keinginan Trump itu dinilai ahli nuklir di Washington sebagai langkah sembrono.

Keinginan Trump itu muncul di tulis melalui akun Twitter-nya, @realDonaldTrump. Tweet Trump muncul beberapa jam setelah Presiden Rusia Vladimir Putin bersumpah melakukan hal serupa untuk militer Moskow.

“AS harus sangat memperkuat dan memperluas kemampuan nuklirnya sampai dunia datang pada kepekaannya tentang nuklir,” bunyi tweet Trump pada Kamis, yang dikutip Sindonews Jumat (23/12/2016).

Tweet
langka Trump ini juga muncul sehari setelah pertemuan para pejabat senior Pentagon dan kontraktor pertahanan. Tweet Trump kali ini tak wajar, karena kontra dengan retorika kampanyenya menjelang pemilu presiden AS beberapa waktu lalu.

Presiden terpilih AS ini pernah mengkritisi rencana Presiden Barack Obama untuk memodernisasi “triad nuklir” AS yang diperkirakan menelan biaya USD1 triliun selama 30 tahun ke depan.  ”Saya tidak ingin senjata nuklir lebih lanjut,” kata Trump saat wawancara dengan Anderson Cooper dari CNN bulan Maret lalu.

Juru bicara Trump, Jason Miller, mengatakan keinginan presiden terpilih AS ini mengacu pada ancaman proliferasi nuklir. ”Terutama untuk dan di antara organisasi-organisasi teroris dan (negara-negara ) tidak stabil serta rezim nakal,” ujarnya.

Menurut Miller, Trump melihat modernisasi kemampuan militer AS sebagai cara penting untuk mengejar perdamaian melalui kekuatan.

Meski demikian, Laicie Heeley, seorang ahli nuklir di Stimson Center, kelompok think tank antinuklir di Washington, mengatakan kepada AFP bahwa tweet Trump itu sebagai tweet sembrono.

”Lantaran membuat suatu pernyataan yang dimuat tanpa konteks atau tindak lanjut, tidak bertanggung jawab,” katanya. ”Kita bisa berbicara tentang kembali ke Perang Dingin di sini, ketika ancaman bencana nuklir sangat nyata. Retorika Rusia sudah bergerak ke arah itu,” ujarnya.



Credit  sindonews.com