Rabu, 21 Desember 2016

China Tawarkan Paket Senjata Senilai Rp186 M untuk Filipina


 
China Tawarkan Paket Senjata Senilai Rp186 M untuk Filipina  
Lorenzana berharap peralatan militer dari China itu sudah dapat diterima pada paruh kedua tahun depan agar bisa segera digunakan. (AFP Photo/Sonny Tumbelaka)
 
Jakarta, CB -- China menawarkan paket senjata senilai US$14 juta atau setara Rp187 miliar secara cuma-cuma kepada Filipina untuk membantu kampanye Presiden Rodrigo Duterte dalam memerangi narkoba dan terorisme.

Menteri Pertahanan Filipina, Delfin Lorenzana, mengatakan bahwa penawaran itu disampaikan oleh Duta Besar China, Zhao Jianhua, saat bertemu dengan Duterte di Istana Kepresidenan pada Senin (19/12) malam.

Dalam pertemuan tersebut, Zhao juga menawarkan pinjaman lunak jangka panjang senilai US$500 ribu atau setara Rp6,7 miliar untuk peralatan militer lainnya.

"China memberikan kami daftar peralatan militer dan kami akan melihat mana yang benar-benar kami butuhkan. Mungkin kami akan mengambil beberapa senjata kecil, kapal cepat, dan kacamata malam karena US$14 juta tidak begitu banyak," ujar Lorenzana.

Lorenzana memastikan akan segera melakukan finalisasi perjanjian tersebut sebelum 2016 berakhir. Ia selanjutnya akan mengirimkan tim teknis ke China untuk memeriksa peralatan tersebut.

Filipina berharap peralatan militer dari China itu sudah dapat diterima pada paruh kedua tahun depan agar bisa segera digunakan.

"Duta besar China kemarin malam mengatakan kepada presiden, 'Saya mengetahui masalah Anda terkait narkoba jadi kami ingin membantu,'" tutur Lorenzana, sebagaimana dikutip Reuters.

Penawaran ini dianggap sebagai salah satu bukti perbaikan hubungan antara China dan Filipina. Enam bulan lalu, hubungan kedua negara sebenarnya masih panas, terutama menjelang keputusan Pengadilan Arbitrase Permanen (PCA) atas perkara sengketa Laut China Selatan yang diajukan Filipina.

Namun sejak Duterte menjabat sebagai presiden pada 30 Juni lalu, kebijakan luar negeri Filipina mulai bergeser menjauhi sekutu lama mereka, Amerika Serikat, dan mendekat ke China.

Relasi antara AS dan Filipina mulai renggang setelah Presiden Barack Obama dan sejumlah pejabat Washington mengkritik kampanye anti-narkoba gagasan Duterte yang sudah menewaskan lebih dari 2.000 bandar dan pengguna narkoba tanpa proses hukum jelas.

November lalu, seorang anggota parlemen AS dilaporkan ingin membatalkan penjualan senjata senilai US$260 ribu, setara dengan Rp3,4 miliar, ke Filipina karena khawatir terhadap kampanye perang narkoba yang dijalankan Duterte.

Sejak 2002, AS sudah memberikan peralatan militer kepada Filipina sampai US$800 juta, atau setara dengan Rp10,7 triliun. Tahun lalu, Filipina menerima bantuan senjata terbesar dari AS yang nilainya mencapai US$82 juta, atau sekitar Rp1 miliar, dalam setahun.




Credit  CNN Indonesia