Selasa, 20 Desember 2016

RI Minta Myanmar Buka Akses Kemanusiaan di Rakhine


 
RI Minta Myanmar Buka Akses Kemanusiaan di Rakhine  
Menlu RI Retno Marsudi (kiri) meminta Myanmar yang saat ini dipimpin oleh pemimpin de facto Aung San Suu Kyi (kanan) membuka akses kemanusiaan bagi negara anggota ASEAN untuk membantu pemulihan stabilitas di Rakhine, di mana etnis Rohingya menerima kekerasan. (Dok. Kemlu RI)
 
Jakarta, CB -- Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi meminta pemerintah Myanmar membuka akses kemanusiaan seluas-luasnya bagi negara anggota ASEAN untuk membantu pemulihan stabilitas di negara bagian Rakhine yang belakangan ini didera serangkaian bentrokan antara militer Myanmar dan etnis minoritas Muslim Rohingya.

Dalam pertemuan ASEAN Retreat di Yangon, Senin (19/12), Retno juga secara khusus menyampaikan bahwa pemerintah Myanmar perlu mengutamakan pendekatan inklusif dalam melindungi serta menghormati seluruh warganya agar konflik internal tidak terulang kembali.

"Perlindungan dan penghormatan HAM terhadap semua masyarakat, termasuk masyarakat Muslim, di negara bagian Rakhine harus dilakukan dengan menggunakan pendekatan inklusif," ungkap Retno melalui keterangan resmi yang diterima CNNINdonesia.com

Sejak penyerangan pos polisi perbatasan di Rakhine oleh sekelompok bersenjata pada 9 Oktober lalu, militer Myanmar menuding “teroris Rohingya” yang melakukan aksi itu meskipun tanpa didasari bukti jelas.

Pasca penyerangan, militer Myanmar melakukan pengamanan ketat dengan di wilayah Rakhine dengan menggelar “operasi pembersihan.” Alih-alih menangkap pelaku penyerangan, militer Myanmar dituding menyerang dan melakukan kekerasan kepada etnis Rohingya secara membabi-buta hingga menewaskan 86 orang serta 30 ribu lainnya melarikan diri dari Rakhine.

Di pertemuan antar menlu negara ASEAN hari ini, Retno kembali menyampaikan bahwa Indonesia siap memberikan bantuan pembangun kapasitas di berbagai bidang termasuk peningkatan kapasitas aparat keamanan di Myanmar.

“Seperti yang disampaikan [pemimpin de facto Myanmar] Aung San Suu Kyi pada 6 Desember lalu, Myanmar butuh bantuan peningkatan kapasitas diberbagai bidang. Indonesia siap berikan bantuan dalam hal itu serta memfasilitasi kegiatan interfaith dialogue guna mendukung upaya rekonsiliasi di Rakhine,” kata Retno.

Para Menlu ASEAN yang hadir dilaporkan menyambut baik gagasan Indonesia terkait pemulihan situasi di Rakhine. Rencananya, ASEAN juga akan menggelar pemaparan rutin terkait perkembangan situasi di Rakhine.

Langkah ini dianggap dapat memberikan gambaran nyata terkait situasi di Rakhinse sehingga ASEAN dapat memberikan bantuan secara tepat untuk mendukung langkah afirmatif di wilayah itu.

“Kami kumpul di Yangon sebagai satu keluarga ASEAN untuk saling membantu, saya mendorong semua anggota ASEAN untuk terus secara konstruktif mendukung dan membantu Myanmar dalam mengatasi situasi di Rakhine yang sangat kompleks ini,” tutur Retno.

Diplomasi Marathon

Usai menghadiri ASEAN Retreat tersebut, Retno dikabarkan langsung bertolak ke Bangladesh untuk bertemu dengan Menlu Bangladesh Abul Hasan Mahmood Ali di Dhaka.

Selain membahas isu bilateral antar kedua negara, lawatan ke Bangladesh ini akan dimanfaatkan Retno untuk menekankan pentingnya mempertahankan hubungan baik antar Bangladesh dan Myanmar.

Pasalnya, Bangladesh merupakan negara yang langsung berbatasan dengan Myanmar. Bangladesh kerap menjadi tempat pelarian bagi para pengungsi dan pencari suaka etnis minoritas Muslim Myanmar khususnya Rohingya untuk keluar dari kekerasan dan diskriminasi yang terjadi di negaranya.

Retno menganggap, hubungan kedua negara tersebut mnjadi kunci utama pengelolaan isu pengungsi di perbatasan. Dengan terjaganya hubungan baik antar kedua negara tersebut dinilai bisa memberikan kontribusi positif terhadap penyelesaian masalah di Rakhine.

"Hubungan baik antara Myanmar dan Bangladesh merupakan kunci utama pengelolaan isu pengungsi di perbatasan Myanmar-Bangladesh," tutur Retno.




Credit  CNN Indonesia