Selasa, 20 Desember 2016

Eks Agen CIA: Jika Saddam Tetap Berkuasa, ISIS Mustahil Muncul


 
Eks Agen CIA: Jika Saddam Tetap Berkuasa, ISIS Mustahil Muncul
Mantan diktator Irak Saddam Hussein yang dieksekusi gantung setelah digulingkan oleh invasi AS. Foto / REUTERS / David Furst
 
WASHINGTON - Kelompok Islamic State atau ISIS mustahil muncul apalagi menikmati kesuksesan jika Saddam Hussein tetap berkuasa. Demikian klaim mantan agen CIA Amerika Serikat (AS), John Nixon, yang pernah jadi interogator bekas diktator Irak itu.

Nixon mengungkap bahwa Barat terpaksa berurusan dengan Saddam Hussein karena kepemimpinannya saat itu tidak suka Timur Tengah stabil.

Nixon adalah yang agen CIA pertama yang menginterogasi Saddam setelah ditangkap pada bulan Desember 2003, atau 13 tahun yang lalu. Apa yang dibeberkan Nixon tersebut muncul dalam buku berjudul ”Debriefing the President: The Interrogation of Saddam Hussein”.

Saddam Hussein yang lengser setelah invasi AS dieksekusi gantung atas perintah hakim pengadilan di Irak.

”Di sepanjang interogasi, Saddam 'ternyata membuat asumsi kita terbalik'," tulis Nixon di salah satu kutipan dari buku, yang diterbitkan oleh Time dan Daily Mail. Secara khusus, mantan agen CIA bertanya apa yang akan terjadi jika Saddam tetap berkuasa. Dia memberikan banyak kesimpulan, salah satunya mustahil ISIS akan muncul.

”Mustahil kelompok seperti ISIS akan mampu menikmati kesuksesan di bawah rezim represif yang mereka miliki di bawah pemerintahan Baghdad,” lanjut tulisan Nixon di buku tersebut, yang dilansir semalam (18/12/2016).

Menurut Nixon, Saddam sangat menyadari potensi risiko yang ditimbulkan oleh gerakan jihadis yang berkembang dan tertarik untuk menekan setiap upaya tersebut. ”Saddam merasa bahwa kelompok-kelompok ekstremis di Irak menimbulkan ancaman terbesar bagi pemerintahannya dan aparat keamanannya bekerja tekun untuk membasmi ancaman tersebut,” imbuh Nixon.

Sebuah laporan yang diterbitkan anggota parlemen Inggris baru-baru ini mendukung kesimpulan dari buku Nixon tersebut, khususnya soal analisis munculnya ISIS.

Dokumen-dokumen yang diterbitkan itu menunjukkan bahwa pada tahun 2006, kepala intelijen Inggris semakin khawatir tentang kebangkitan perlawanan dari jihadis pro-Sunni.

Menurut dokumen tersebut, kelompok itu dikenal radikal yang pernah menjadi bagian dari militer Irak sebelum dibubarkan. Kelompok itu, lanjut laporan dokumen tersebut, kemudian bergabung dengan kelompok-kelompok radikal, salah satunya ISIS.

Meski membuat kesimpulan sisi lain dari kepemimpinan Saddam Hussein, Nixon mengaku bahwa dia dan mantan-mantan agen CIA lainnya tidak bermaksud menyatakan bahwa Saddam tidak bersalah. Mantan pemimpin Irak itu tetap harus mempertanggung jawabkan atas langkah-langkah represif yang dijalankan termasuk pembunuhan dan pemenjaraan.



Credit  sindonews.com