Jumat, 23 Desember 2016

Berkunjung ke Pearl Harbor, Abe Kirim Pesan untuk Trump


 
Berkunjung ke Pearl Harbor, Abe Kirim Pesan untuk Trump Serangan Pearl Harbor, 1941 silam, memicu keterlibatan AS dalam Perang Dunia II (U.S. Naval History and Heritage Command/Handout via Reuters)
 
Jakarta, CB -- Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dinilai bisa memanfaatkan kunjungannya ke Pear Harbor untuk menunjukkan hubungan kuat dan vital antara negaranya dengan Amerika Serikat yang sempat berseteru di Perang Dunia II. Kunjungan ini dinilai sebagai upaya untuk menunjukkan kepada Presiden terpilih Donald Trump bahwa aliansi kedua negara semakin kuat.

Abe dijadwalkan untuk mengunjungi pangkalan militer yang dibombardir Jepang 1941 silam itu bersama Presiden AS Barack Obama, 27 Desember. Kunjungan itu dilakukan tepat empat minggu sebelum Trump mulai bertugas di Gedung Putih.

"Tidak hanya Abe, tapi seluruh komunitas kebijakan luar negeri di Jepang, sangat ingin menunjukkan kepada dunia, juga Trump, bahwa hubungan Jepang dan AS sangat kuat dan akan terus menguat," kata Profesor Sophia University, Koichi Nakano, dikutip Reuters, Kamis (22/12).

Ketika Obama mengunjungi Hiroshima--kota yang, sebaliknya, dijatuhi bom atom oleh AS--Mei lalu, Trump menyinggung serangan Pearl Harbor melalui akun Twitter-nya.

"Apakah Presiden Obama membahas serangan sembunyi-sembunyi terhadap Pearl Harbor ketika berada di Jepang? Ribuan nyawa warga Amerika jadi korban di sana," kata Trump.

Bulan lalu, Abe menjadi pemimpin dunia pertama yang menemui Trump setelah pemilihan umum. Usai pertemuan yang diatur secara singkat di New York, Abe menyebut calon kepala negara AS itu sebagai "pemimpin yang dapat dipercaya."

Walau demikian, masih banyak warga Amerika dan Jepang yang khawatir hubungan kedua negara akan memburuk. Survei dari harian Yomiuri dan Gallup edisi Desember menunjukkan 41 persen warga Jepang berpikir hubungan akan memburuk. Sebanyak 40 persen di AS pun mengamini.

Persentase ini jauh melonjak dari survei sebelumnya.

Kedua negara, meski begitu, telah meninggalkan jauh-jauh kenangan masa perang dan memperkuat hubungan di bawah pemerintahan Abe.

"Perang sudah lama berakhir, Jepang dan Amerika Serikat sekarang adalah sekutu terkuat," kata organisasi Veteran Perang Asing Amerika Serikat dalam pernyataan pers.

Sebaliknya, sejarah perang masih menghantui hubungan antara Jepang dan China serta Korea Selatan.

"Jika Abe ingin menunjukkan gestur yang simbolis, dia harus pergi ke Nanjing dan Korea untuk bertemu dengan 'Jugun Ianfu' di sana," kata Andrew Horvat, dosen tamu di Josai International University. Dia merujuk pada ribuan perempuan yang dipaksa menjadi pekerja seks di masa perang.

Terlepas dari semua itu, pemerintah Jepang telah menyatakan Abe tidak akan meminta maaf atas serangan terhadap Pearl Harbor yang menewaskan 2.000 orang dan memicu keterlibatan AS di PD II. Begitu pula Obama yang tidak akan meminta maaf atas bom atom di Hiroshima dan Nagasaki yang menewaskan ratusan ribu warga sipil dan mengakhiri perang tersebut.

Hanya saja, kunjungan ke Pearl Harbor akan "menunjukkan nilai rekonsiliasi antara Jepang dan Amerika Serikat," kata Kepala Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga belum lama ini.




Credit  CNN Indonesia