Rabu, 28 Desember 2016

AS Perlonggar Batasan Pengiriman Senjata ke Pemberontak Suriah, Rusia Kesal



 
AS Perlonggar Batasan Pengiriman Senjata ke Pemberontak Suriah, Rusia Kesal
Kementerian Luar Negeri Rusia mengecam keputusan Amerika Serikat (AS) yang akan melonggarkan pembatasan pengiriman senjata kepada pemberontak Suriah, Foto/Istimewa

 
MOSKOW - Kementerian Luar Negeri Rusia mengecam keputusan Amerika Serikat (AS) yang akan melonggarkan pembatasan pengiriman senjata kepada pemberontak Suriah. Moskow menyebut hal itu adalah tindakan berbahaya.

"Kami melihat keputusan AS untuk mengurangi pembatasan pada pasokan senjata ke pemberontak Suriah sebagai tindakan bermusuhan," kata Kementerian Luar Negeri Rusia dalam sebuah pernyataan.

"Keputusan ini menimbulkan ancaman yang cukup serius bagi pesawat tempur dan personel militer kami yang berada di Suriah," sambungnya, seperti dilansir Reuters pada Selasa (27/12).

Kementerian itu juga mengatakan, pemerintahan Barack Obama berusaha untuk memperumit situasi di dunia sebelum Donald Trump mulai resmi menjabat sebagai Presiden AS. Trump resmi menjabat pada tanggal 20 Januari mendatang.

Seperti diketahui, Obama mengangkat beberapa pembatasan pada pengiriman senjata ke pemberontak Suriah awal bulan ini. Sebelumnya Kremlin mengatakan langkah itu sangat berisiko, karena senjata yang dikirim AS bisa jatuh ke tangan kelompok teroris.




Credit  sindonews.com




Pemberontak Suriah Berharap AS Kirim Senjata Anti-Pesawat

Pemberontak Suriah Berharap AS Kirim Senjata Anti-Pesawat
FSA berharap AS akan mengirimkan sejumlah senjata canggih, salah satunya adalah senjata anti-pesawat. Foto/Istimewa
 
DAMASKUS - Pasukan Pembebasan Suriah (FSA), salah satu faksi pemberontak yang didukung oleh Amerika Serikat (AS) menyambut baik keputusan terbaru Washington. AS baru saja memutuskan untuk melonggarkan pembatasan pengiriman senjata kepada pemberontak Suriah.

Juru bicara FSA, Talal Silo mengatakan, dengan adanya kebijakan baru ini, pihaknya berharap AS akan mengirimkan sejumlah senjata canggih. Salah satu senjata yang diinginkan FSA adalah senjata anti-pesawat.

"Meskipun ISIS tidak memiliki jet tempur, tapi FSA ingin sistem anti-pesawat untuk melindungi pasukannya dari potensi musuh di masa depan," kata Silo dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Reuters pada Selasa (27/12).

Namun, ketika diminta penjelasan mengenai musuh yang dimaksud, Silo enggan memberikan penjelasan lebih lanjut. Namun, bila melihat situasi di Suriah, kemungkinan besar musuh yang dimaksud adalah Rusia dan pemerintah Suriah.

Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri Rusia mengecam keputusan terbaru AS tersebut. Moskow menyebut hal itu adalah tindakan berbahaya.

"Kami melihat keputusan AS untuk mengurangi pembatasan pada pasokan senjata ke pemberontak Suriah sebagai tindakan bermusuhan. Keputusan ini menimbulkan ancaman yang cukup serius bagi pesawat tempur dan personel militer kami yang berada di Suriah," kata Kemlu Rusia.



Credit  sindonews.com