Jumat, 09 September 2016

Bendera yang Akan Diserahkan kepada Jokowi Disebut sebagai Pemberian Soekarno

 
 
Kompas.com/Sigiranus Marutho Bere Para tokoh adat Amfoang Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur sedang menggelar rapat bersama pejabat dari Provinsi NTT dan Pusat
KUPANG, CB - Robby Manoh, Raja Amfoang, Kabupaten Kupang Nusa Tenggara Timur (NTT), mengaku bendera merah putih yang akan diserahkan langsung ke Presiden Joko Widodo adalah bendera pusaka pemberian Presiden Soekarno sebelum Indonesia merdeka.
Menurut Robby, bendera pemberian Soekarno itu diserahkan oleh sekelompok orang yang saat itu datang dengan menggunakan kapal berwarna putih dan bersandar di Pelabuhan Tenau Kupang.
“Bendera itu diterima oleh Bapak saya Welem Manoh sebelum Indonesia merdeka. Bendera itu tanpa jahitan dan saat itu diterima juga secara sembunyi-sembunyi karena saat itu masih ada penjajah Belanda,” kata Robby di Kupang, Jumat (9/9/2016).
Setelah bendera itu diterima, lanjut Robby, ayahnya bersama para pengikutnya kemudian melakukan perjalanan darat selama satu bulan mulai dari Pelabuhan Tenau, Kota Kupang hingga ke Kecamatan Amfoang Timur, Kabupaten Kupang.
“Bendera merah putih itu hingga kini masih tersimpan dengan baik di Sonaf (Istana) Kerajaan Amfoang. Selain bendera, ayah saya juga dikasih hadiah keris pusaka yang dimasukan dalam sebuah kotak. Kedua benda bersejarah itu masih ada sampai sekarang,” ujarnya.
Robby berencana akan ketemu Presiden Jokowi bersama raja tertua di Timor, yakni Liurai Wehali Malaka, dalam waktu dekat ini.
Sebelumnya diberitakan, Warga Kecamatan Amfoang Timur, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), yang berbatasan dengan Distrik Oekusi, Timor Leste,berencana akan menyerahkan kembali bendera merah putih ke Presiden Joko Widodo (Jokowi), lantaran hingga kini pemerintah belum menyelesaikan lahan sengketa antara kedua negara hingga tuntas.
Bendera merah putih yang selama ini tersimpan dengan baik di istana Kerajaan Amfoang, akan diserahkan langsung oleh sang pewaris kerajaan.
Hal itu disampaikan Raja Amfoang Robby Manoh saat diwawancarai sejumlah wartawan di sela kegiatan rapat fasilitasi tokoh adat di batas wilayah negara dan kawasan perbatasan yang digelar di aula susteran Kelurahan Camplong, Kecamatan Fatuleu, Kabupaten Kupang, Kamis (8/9/2016).
Robby menilai, pemerintah pusat sepertinya kurang serius mengurus batas negara di wilayah Naktuka yang saat ini sedang diperebutkan oleh warga Kabupaten Kupang dan Distrik Oekusi. Padahal proses penyelesaiannya sudah dilakukan sejak tahun 2002.
“Kami sudah buatkan pernyataan sikap dan salah satu poinnya yakni bendera pusaka yang kita terima semenjak republik ini ada, akan kita serahkan kembali kepada negara kalau memang Jakarta hanya main-main begini. Bendera kami mau serahkan langsung ke Presiden Jokowi dan saya akan ditemani raja tertua di Timor yakni Liurai Wehali Malaka,” ujarnya.
Menurut Robby, tindakan yang akan dilakukan oleh pihaknya merupakan langkah terakhir karena pemerintah pusat melalui kementerian terkait selama ini hanya sebatas berbicara saja, tanpa ada hasil apa pun.
“Para utusan pejabat dari kementerian hanya datang ke NTT untuk minta datanya dengan alasan untuk mengurus penyelesaian batas, namun tetap saja hasilnya kosong padahal sudah 14 tahun kasus ini dibahas,” ucapnya.
Timor Leste, lanjut Robby, bukan hanya mengklaim sungai Noelbesi menjadi miliknya tapi juga mengklaim sungai lainnya yang masuk wilayah Indonesia.
“Bukti kesepakatan adat antara Raja Sonbay dengan Raja Amfoang masih disimpan. Saya pernah selesaikan masalah secara adat dengan warga Timor Leste dan mereka mengakui itu. Hasil penyelesaikan yakni, warga Timor Leste akui bahwa wilayah yang diperebutkan itu adalah wilayah indonesia mereka kemudian denda secara adat berupa sapi tujuh ekor dan sopi,” lanjut dia.



Credit  KOMPAS.com