Rabu, 08 Juni 2016

Untuk Buat Paspor, Warga Xinjiang Harus Serahkan Sampel DNA



Untuk Buat Paspor, Warga Xinjiang Harus Serahkan Sampel DNA  
Untuk membuat paspor, warga Xinjiang harus menyerahkan sampel DNA, sidik jari dan sampel suara. Peraturan yang ketat ini diberlakukan menjelang Ramadan. (Kevin Lee/Getty Images)
 
Jakarta, CB -- Polisi China menerapkan kebijakan baru yang memperketat peraturan pembuatan dokumen perjalanan di Xinjiang, wilayah di sebelah barat China yang mayoritas penduduknya merupakan warga Muslim. Untuk membuat paspor, kini warga Xinjiang harus menyerahkan sampel DNA, sidik jari dan sampel suara.


Peraturan ketat diberlakukan aparat China mulai awal Juni lalu, hanya beberapa hari menjelang bulan Ramadan. Xinjiang, menurut Beijing, merupakan daerah tumbuh suburnya kelompok militan separatis yang memicu bentrokan dan kekacauan.

Warga yang tinggal di daerah Ili, perfektur paling utara di Xinjiang yang berbatasan dengan Kazakhstan, diminta harus memberikan identifikasi tambahan saat mengajukan pembuatan paspor dan dokumen perjalanan terpisah yang dirilis agar dapat memasuki Hong Kong, Macau dan Taiwan, menurut laporan Media lokal, Ili Daily, dikutip dari Reuters.

Aturan ini berlaku efektif sejak 1 Juni lalu dan ramai diberitakan media Hong Kong pekan ini.

Daily Ili tidak memberikan rincian soal alasan pihak berwenang memberlakukan peraturan tersebut. Namun, harian ini menyebutkan bahwa dua proses penyederhanaan pembuatan paspor yang diterapkan sejak tahun lalu membuat pengajuan paspor meningkat.

Setiap tahun, utamanya di sekitar bulan Ramadan, China kerap meluncurkan berbagai peraturan ketat di daerah Xinjiang yang memiliki 10 juta warga Muslim Uighur itu.

Pekan lalu, pemerintah China meluncurkan pernyataan bahwa tidak akan ada diskriminasi agama dan larangan berpuasa bagi warga Muslim Uighur selama bulan Ramadan. Meski demikian, terdapat laporan bahwa tahun ini China kembali mengeluarkan larangan bagi pegawai negeri sipil, guru dan siswa Muslim di Xinjiang untuk berpuasa.

Ibu kota prefektur Ili, Gulja, atau yang juga dikenal di China sebagai Yining, merupakan tempat terjadinya kerusuhan etnis mematikan pada 1997. Setidaknya 10 tewas dalam kerusuhan itu.



Credit  CNN Indonesia