Kamis, 23 Juni 2016

LAPAN Kembangkan SEMAR, Sistem Pemantau Cuaca Ekstrem Laut


 
Skyrocket Satelit LAPAN A-2
 
CB - Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) kembangkan sistem pemantauan maritim berbasis Iptek dan antariksa yang diresmikan langsung oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla, di Pusat Teknologi Penerbangan LAPAN, Jalan Raya Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (22/6/2016).

"Pengembangan sistem pemantauan maritim berbasis Iptek dan antariksa ini merupakan perwujudan dari visi LAPAN sebagai pusat unggulan dan antariksa untuk Indonesia yang maju dan mandiri," kata Kepala LAPAN Prof Thomas Djamaluddin.

Thomas mengatakan, LAPAN memiliki program besar yakni reformasi birokrasi untuk wujudkan layanan publik yang prima.

Untuk mewujudkan hal tersebut ada tujuh program utama LAPAN yang menjadi fokus utama.

"Fokus program kami, salah satu dari fokus program kami mengembangkan sistem pemantauan maritim berbasis pesawat tanpa awak," katanya.

Ia mengatakan, LAPAN sudah lama memberikan layanan informasi zona potensi penangkapan ikan (ZPPI) berbasis pemantauan klorofil dan suhu muka laut.

"Informasi ini kami berikan kepada dinas kelautan perikanan di daerah," katanya.

LAPAN juga mengembangkan Sistem Embaran Maritim (SEMAR) untuk memantau potensi cuaca ekstrim di laut.

"Sistem ini menjamin keamanan nelayan saat melaut," katanya.

Thomas menambahkan pengembangan sistem pemantauan maritim berbasis Iptek penerbangan dan antariksa tersebut didukung dengan satelit A2 yang sudah diluncurkan akhir tahun lalu.

"Dengan diluncurkannya satelit LAPAN A3 ini akan memperkuat sistem pemantauan maritim kita. Akan dapat memantau dari 2,4 juta kapal setiap harinya, menjadi puluhan ribu secara global," kata dia.

Data tersebut dapat dimanfaatkan oleh Kementerian Perikanan Kelautan, Keamanan Laut dan TNI AL untuk menjadi bahan kebijakan dalam mengamankan zona teritorial maritim Indonesia.

Wakil Presiden Jusuf Kalla mengingatkan peluncuran satelit tidak hanya menjadi ajang seremonial saja, harus memiliki manfaat yang dapat dirasakan masyarakat serta mendukung basis data nasional.

"Karena selama ini data dilakukan secara faktual, terjadi tumpang tindih, seperti luasan lahan pertanian, jangan sampai rumput dibilang area sawah. Dengan teknologi satelit, informasi data kita menjadi akurat," kata JK.





Credit  KOMPAS.com