Rabu, 08 Juni 2016

Rusia: Latihan Militer NATO Ancam Keamanan di Eropa


 
Rusia: Latihan Militer NATO Ancam Keamanan di Eropa  
Rusia menilai latihan militer NATO di Polandia dan sejumlah negara lainnya tidak menciptakan situasi yang kondusif dan mengancam keamanan di benua biru itu. (Reuters/Ints Kalnins)
 
Jakarta, CB -- Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menyatakan bahwa latihan militer yang saat ini sedang digelar oleh NATO di Polandia dan sejumlah negara sekutunya tidak menciptakan situasi yang kondusif, dan justru mengancam keamanan di benua biru itu.

Latihan militer NATO, Anakonda-16, yang melibatkan lebih dari 20 negara sekutu NATO, digelar di Polandia dan sejumlah negara lainnya pada awal pekan ini. Selama lebih dari 10 hari, sebanyak 30 ribu tentara, puluhan kendaraan tempur, pesawat dan kapal perang akan berpartisipasi dalam salah satu latihan militer terbesar NATO sejak akhir Perang Dingin itu.

Sejumlah negara non-NATO, seperti Swedia dan Finlandia, juga turut ambil bagian dalam latihan tersebut. Finlandia berpartisipasi dalam latihan militer angkatan laut di perairannya, yang disebut Baltops 16.

Menanggapi hal ini, Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, memaparkan Rusia akan segera mengambil tindakan untuk menanggapi peningkatan aktivitas militer NATO di kawasan Baltik.

"Kami tidak akan menyembunyikan sikap negatif kami atas pergerakan infrastruktur militer NATO yang mendekati perbatasan kami, yang menyeret sejumlah negara baru ke dalam aktivitas militer blok itu," Lavrov di Moskow dalam konferensi pers setelah bertemu dengan Menlu Finlandia, Timo Soini.

"Kami akan memastikan hak kedaulatan Rusia ditegakkan dalam menjaga keamanannya dengan langkah-langkah proporsional terkait risiko saat ini. Saya yakin bahwa rekan dan tetangga Finlandia kami juga memahami hal ini," ujarnya, dikutip dari Reuters.

Dalam kesempatan itu, Lavrov menyatakan ia tidak melihat adanya ancaman di wilayah Baltik yang dapat menjadi alasan aktivitas militer itu.

Dalam konferensi pers yang sama, Soini menyatakan bahwa latihan militer yang diluncurkan sejak Senin (6/6) membantu memperkuat kapasitas militer Finlandia dan "tidak mengarah terhadap siapa pun."

Soini menegaskan bahwa Finlandia, yang bukan negara anggota NATO, turut menghadapi "tantangan keamanan" serius, sehingga bekerja sama dengan NATO dan mempererat hubungan dengan Swedia.

"Ini semacam masalah yang dapat dibicarakan secara terbuka satu sama lain," kata Soini.

"Finlandia secara independen membuat keputusan semacam ini, dan tentu saja tujuan kami saat ini adalah keamanan kami. Tidak ada tujuan lain," ujarnya.

Latihan Anakonda-16 meliputi berbagai manuver militer seperti serangan helikopter malam hari dan pengerahan pasukan terjun payung AS untuk membangun jembatan sementara di atas sungai Vistula. Latihan ini digelar tepat satu bulan sebelum konferensi tingkat tinggi NATO di Warsawa yang akan membahas rencana untuk menerjunkan lebih banyak pasukan di Eropa timur.

NATO sendiri menyatakan bahwa latihan militer berskala besar seperti Anakonda-16 dan rencana untuk menyebarkan lebih banyak pasukan ke wilayah tersebut merupakan upaya pertahanan diri dari aneksasi Rusia di Crimea dan dukungan Moskow untuk kelompok separatis di timur Ukraina.

Ketegangan antara Rusia dan NATO semakin meningkat menyusul pertemuan angkatan bersenjata kedua pihak belakangan ini. Pada April lalu, dua jet tempur Rusia meluncurkan serangan simulasi berdekatan dengan kapal perusak rudal milik As di Laut Baltik.

Rusia sebaliknya menuduh Amerika Serikat meluncurkan intimidasi ketika kapal perusak AS berlayak dekat dengan perbatasan Rusia di Laut Baltik. Menanggapi hal ini, Rusia memperingatkan bahwa mereka akan merespon dengan "seluruh langkah yang diperlukan" jika tindakan AS semacam itu terulang kembali.

Credit  CNN Indonesia