NASA menjalin kemitraan dengan
perwakilan dari Israel, Yordania, dan UEA mengenai potensial misi ke
planet Mars. MR1805/Thinkstock
Charles Bolden selaku pengelola NASA telah menghabiskan beberapa hari di Timur Tengah untuk diskusi dengan perwakilan dari Israel, Yordania, dan UEA mengenai kerja sama potensial misi Mars.
"Setiap negara bisa berperan di misi antariksa Mars, baik di dalam perjalanan temuan ilmiah ataupun di fase pengembangan kemanusiaan selanjutnya," tulis Bolden di dalam blog pribadinya mengenai misi "diplomasi antariksa" ke Timur Tengah.
Situs Motherboard mewartakan, meski badan antariksa UEA baru didirikan pada 2014, badan antariksa ini sudah merecanakan untuk mengirim pesawat nirawak ke Planet Merah pada 2020.
Misi Mars yang direncanakan UEA ini dianggap terlalu ambisius, namun dengan kemitraannya dengan NASA didasari oleh percaya diri bahwa perjalanan ke Mars nantinya akan bisa sempurna.Â
Selain itu NASA juga menginginkan untuk mengirim awak manusia ke Mars pada 2030.
"NASA menjadi pelopor dalam perjalanan ambisius ke Mars dan telah melibatkan kerjasama dengan sektor swasta serta mitra internasional. Saya percaya diri susunan kesepakatan dengan badan antariksa UEA bisa memajukan misi ini," ungkap Bolden.
Bentuk kerja sama ini belum terlalu jelas, namun diyakini akan lebih dari sekadar MoU saja.Â
NASA baru menyatakan bahwa kesepakatan yang terbina akan melingkupi "kerja sama dan kolaborasi dalam ilmu antariksa, observasi operasional Bumi dan ilmu Bumi, aspek kedirgantaraan, edukasi, teknologi, hingga jaminan keselamatan."Â
Banyak yang meyakini kedua pihak akan berbagi penggunaan pesawat antariksa, instrumen ilmiah, dan antena yang berfungsi untuk pengumpulan data.
Diketahui perwakilan dari kedua pihak pertama kali bertemu di markas NASA di Washington DC, Amerika Serikat pada Maret 2015 silam. Kemudian keduanya akhirnya baru sepakat terhadap kerjasama antariksa menuju Mars ini dalam pertemuan di Abu Dhabi.
Credit CNN Indonesia