Rabu, 25 Februari 2015

AS Serukan Australia Jalin Hubungan Lebih Erat dengan RI




Kedua negara memiliki peran yang penting di kawasan Asia Tenggara.

AS Serukan Australia Jalin Hubungan Lebih Erat dengan RI
Jenderal militer Amerika Serikat, Martin Dempsey (sebelah kiri) menyalami Menteri Pertahanan baru, Ash Carter. ( REUTERS/Gary Cameron)
 
CB - Kepala Staf Gabungan Angkatan Darat Amerika Serikat, Martin Dempsey, mendorong agar Pemerintah Australia menjalin hubungan yang lebih erat dengan Indonesia. Sebab, dengan menjalin hubungan yang lebih erat di antara kedua negara tersebut, bisa meningkatkan stabilitas di kawasan Asia Tenggara.

Harian Australia, The Australian, Rabu, 25 Februari 2015, melansir Australia memiliki peranan yang begitu penting di kawasan.

"Saya pikir begitu, (perlu untuk menjalin hubungan baik dengan Indonesia) ke tingkat di mana hubungan antara Australia dan Indonesia bisa terus berlanjut, atau dapat berkembang. Saya kira, hal tersebut bisa membawa ke tingkat kestabilan di kawasan Asia Tenggara," ujar Dempsey.

Media Australia, kemudian ramai-ramai mengaitkan pernyataan itu dengan situasi hubungan kedua negara yang tengah tegang akibat pelaksanaan hukuman mati. Dua gembong Bali Nine, Myuran Sukumaran dan Andrew Chan, dilaporkan segera dipindahkan ke Lapas Nusakambangan pada pekan ini.

Berbagai manuver dilakukan, agar dua warga Sydney itu bisa terbebas dari eksekusi mati. Bahkan, hingga mengungkit kembali bantuan bencana tsunami bagi Aceh pada 2004 lalu.

Sementara itu, terkait kerja sama secara global antara Negeri Paman Sam dan Australia, Dempsey turut menyinggung mengenai koalisi untuk melawan kelompok militan Islamic of State of Iraq and al Sham (ISIS) di Irak.
Dia menyebut, ada kemungkinan instruktur dari kedua negara di masa depan akan ikut berperang bersama pasukan Irak. Menurut data, terdapat 200 instruktur asal Australia yang terlibat.

Saat ini, instruktur itu tengah bekerja di pangkalan militer Irak. Mereka bertugas untuk memberikan masukan dan bantuan. Namun, saat ini, mereka belum ikut turun untuk berperang.

"Ketika kampanye ini terus berkembang, kami akan membuat keputusan apakah perlu untuk ikut turun berperang ke lapangan," ungkap Dempsey.

Hingga saat ini, lanjut Dempsey, kedua negara belum ada di tahap tersebut.

"Jelas sekali, ketika kita melihat kekuatan ISIS, dalam beberapa kasus, mereka tidak begitu kuat di area terbuka. Sementara itu, di kasus lain, mereka memiliki kekuatan penuh, contohnya di kota Sadr. Kami akan memutuskan hal tersebut, namun saat ini belum ada di tahap itu," tambah dia.

Kerja sama erat militer kedua negara terlihat di pangkalan udara al-Asad di bagian barat Provinsi al-Anbar. Komando Australia turut beroperasi bersama pasukan khusus AS di sana. Pangkalan militer itu sudah terlihat seperti kota kecil di AS.

Selain menjadi pangkalan kedua negara, tempat itu juga menjadi markas Divisi Infantri ke-7 militer Irak.

Pasukan koalisi memiliki fasilitas pertahanan sendiri di area sekitar pangkalan militer. Namun, ISIS baru-baru ini menembakkan roket dan bom mortar ke pangkalan tersebut.

Dempsey mengatakan, pasukan di pangkalan udara tersebut, memiliki peralatan untuk mengetahui sumber tembakan, sehingga bisa melancarkan serangan balik yang dilakukan oleh pasukan Irak.

"Saya tidak mengatakan kepada Anda, tidak ada bahaya di pangkalan udara al-Asad. Ini justru merupakan sebuah simpul penting dalam rencana kampanye kami dan kami melakukan semua yang kami mampu dengan bantuan pasukan dari Australia untuk melindungi personil kami," ujar Dempsey.

Ditanya mengenai posisi ISIS yang kian terjepit, Dempsey menyebut, pasukan koalisi harus memastikan serangan harus tetap berlanjut.

"Aksi militer yang sukses baru akan dimulai dan harus didukung dengan cara yang efektif untuk menanggulangi pesan kaum ekstrimis. Selain itu, kita juga perlu menghentikan arus para pejuang asing dan aliran dana. Kita juga perlu membangun kembali Irak dan memastikan pemerintahan yang inklusif," kata Dempsey.


Credit  VIVA.co.id