Kamis, 18 Desember 2014
Faisal Basri: Kritis, Bukan Berarti Kami Harus Berkelahi Terus Sama Pertamina
Menteri ESDM Sudirman Said (kanan), Menteri BUMN Rini M Soemarno (kiri), dan Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri, bersalaman usai memberikan keterangan kepada wartawan tentang pembentukan Tim Reformasi Tata Kelola Migas di Gedung ESDM, Jakarta Pusat, Minggu (16/11/2014). Tim Reformasi Tata Kelola Migas resmi dibentuk oleh Kementerian ESDM dan Kementerian BUMN untuk meninjau kebijakan pemerintah di sektor energi dari hulu sampai hilir, serta mengkaji ulang keberadaan SKK Migas dan BP Migas.
JAKARTA, CB – Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi (Migas) Faisal Basri menegaskan bahwa pembentukan timnya antara lain bertujuan menghilangkan celah yang memberi ruang bagi mafia migas. Namun, bukan berarti tim ini juga harus selalu berseberangan sikap dengan Pertamina.
“Insya Allah (kami) kritis terus. Kritis itu tidak berarti kami berkelahi sama Pertamina terus kan?” kata Faisal, dalam konferensi pers, Jakarta, Rabu (17/12/2014). Dia mengatakan, tim ini akan terus berupaya menemukan akar permasalahan dan penghambat solusinya.
Faisal mengatakan, dalam pertemuannya dengan Pertamina dan Pertamina Energy Trading Limited (Petral) pada Rabu siang, data-data yang dipaparkan perusahaan tersebut sangat membantu kerja timnya.
Pertemuan tersebut berlangsung cukup lama, yakni sejak pukul 10.00 WIB hingga pukul 15.00 WIB. Menurut Faisal, sejumlah pertanyaan yang diajukan ke Pertamina dan Petral mencakup proses pengadaan minyak mentah, kondisi kilang Pertamina, dan peran Petral.
Namun, Faisal menegaskan, masih ada beberapa pertanyaan yang belum terjawab karena keterbatasan otoritas Pertamina, pun tim anti-mafia migas. “Misalnya terkait dengan persoalan aturan. Ada aturan dari Ditjen Migas terkait spek. Nanti kami sama-sama setelah ini duduk dengan Ditjen Migas, Pertamina," kata dia.
Rencana pertemuan itu, lanjut Faisal, bertujuan membenahi spesifikasi soal bahan bakar minyak ini. "Reform spek atau upgrade spek minyak bagi kebaikan masyarakat. Masa kita punya kesempatan dapat spek bagus tapi malah dapat yang di bawahnya?” sebut dia.
Oleh karenanya, meski mengaku mendapat banyak masukan untuk menyusun rekomendasi, Faisal dan tim menegaskan belum ada kesimpulan yang bisa diambil dari pertemuan lima jam pada Rabu siang.
Duduk berdampingan dengan Faisal, VP Corporate Communication Ali Mundakir mengatakan, pertemuan pada siang itu merupakan langkah baik untuk menciptakan iklim tata kelola industri migas yang baik.
“Prinsipnya Pertamina sangat mendukung data yang dibutuhkan tim. Termasuk jika ada hal yang ingin didalami atau dilihat langsung oleh tim reformasi," janji Ali. "Saya pikir iklim ini sangat bagus. Kami senang semoga data yang kami sampaikan berguna bagi tim, khususnya untuk menjalankan tugasnya, membangun tata kelola migas yang lebih baik untuk Indonesia.”
Credit KOMPAS.com