Rusia mengirim 49 unit sistem pertahanan udara anti-rudal S-300 ke Suriah.
CB,
DAMASKUS -- Tentara Suriah mengakui sistem pertahanan udara S-300 milik
Rusia tidak menghilangkan risiko serangan Israel. Namun, menurut kepala
biro politik Tentara Suriah Brigrade Jendral Hasan Ahmad Hasan sistem
pertahanan udara itu mengurangi kemungkinan keberhasilan serangan udara
Israel.
"Dalam strategi militer tidak akan konsep probalitas nol, kami tidak
bisa mengatakan kemungkinannya menjadi nol, karena kami bicara tentang
langit terbuka, perbatasan yang panjang, berbagai teknologi," kata
Hasan, seperti dilansir dari
Sputnik, Kamis (8/11).
Pada
awal Oktober lalu, Rusia sudah mengirim 49 unit sistem pertahanan udara
anti-rudal S-300 ke Suriah. Moskow akan mengirim S-300 sistem
pertahanan udara anti-rudal ke Suriah sebagai tanggapan atas peran
Israel dalam jatuhnya pesawat Rusia Il-20 bulan September lalu.
"Oleh
karena itu, saya tidak bisa mengatakan pada akhir tidak akan ada
kemungkinan serang, tapi probabilitas kesuksesan serangannya dapat
berkurang," tambah Hasan.
Selain sistem pertahanan udara
Rusia juga mengirimkan 49 peralatan lainnya. Seperti radar, sistem
akusisi target dasar, pos komando dan empat peluncur rudal.
Pengiriman
sistem pertahanan udara ini sempat menciptakan ketegangan terutama
dengan Israel dan Amerika Serikat. Perdana Menteri Israel Benjamin
Netanyahu memperingatkan Presiden Rusia Vladimir Putin yang telah
mengirim sistem pertahanan udara anti-rudal ke Suriah melalui sambungan
telpon.
"Mengirim persenjataan canggih ke tangan yang
tidak bertanggungjawab akan meningkatkan bahaya di regional (Timur
Tengah)," kata Netanyahu kepada Putin bulan Oktober lalu.
Penasihat
Keamanan Nasional Amerika John Bolton juga memperingatkan keputusan
Rusia ini. Menurut Bolton memberikan persenjataan canggih ke Suriah
adalah sebuah kesalahan besar dan akan meningkatkan ketegangan dalam
skala yang lebih besar lagi di perang yang sudah terjadi selama tujuh
tahun.