Pertentangan di kalangan politisi Inggris terhadap kesepakatan Brexit menguat.
CB,
LONDON -- Perdana Menteri Inggris Theresa May meminta publik Inggris
mendukung kesepakatannya untuk keluar dari Uni Eropa
(Brexit) pada Ahad (25/11). Hal itu dilakukan setelah menguatnya pertentangan di kalangan politisi Inggris terhadap kesepakatan
Brexit.
Permintaan dukungan dari publik Inggris disampaikan May melalui
sebuah surat terbuka. Dalam surat itu, ia mengatakan akan berkampanye
dengan hati dan jiwa guna mendapatkan kesepakatan Brexit melalui
parlemen Inggris.
"Ini akan menjadi kesepakatan yang
menjadi kepentingan nasional kita, yang bekerja untuk seluruh negara
kita, dan semua rakyat kita, apakah Anda memilih "Tinggalkan" atau
"Tetap" (di Uni Eropa)," kata May dalam suratnya.
Kesepakatan
Brexit
May telah menuai banyak kritik dari anggot parlemen Inggris, termasuk
perwakilan dari partainya sendiri, yakni Conservative Party. Anggota
parlemen dari Ireland's Democratic Unionist Party (DUP), yang merupakan
koalisi Conservative Party, turut melayangkan kritik terhadap May dan
kesepakatan Brexit-nya.
Surat kabar
The Sunday Telegraph bahkan melaporkan bahwa faksi-faksi yang berbeda di Conservative Party tengah menyiapkan rencana
Brexit
alternatif. Tujuannya menjaga Inggris tetap dekat dengan Uni Eropa bila
kesepakatan May gagal seperti yang diproyeksikan kebanyakan orang.
Bertolak
dari situasi tersebut, May, dalam suratnya, mendesak publik Inggris
memulai era baru persatuan politik ketika negara mereka meninggalkan Uni
Eropa pada Maret 2019. Ia menginkan perselisihan yang diprovokasi
Brexit disisihkan.
"Saya
ingin itu menjadi momen pembaruan dan rekonsiliasi untuk seluruh negara
kita. Itu harus menandai titik ketika kita menyisihkan label
'Tinggalkan' dan 'Tetap' untuk kebaikan dan kita berkumpul kembali
sebagai satu bangsa," ujar May.
"Parlemen akan memiliki
kesempatan untuk melakukan itu dalam waktu beberapa pekan ketika
memiliki suara yang berarti dalam kesepakatan itu," kata May
menambahkan.
Kepala negara dari 27 negara anggota Uni
Eropa akan bertemu di Brussels, Belgia, Ahad (25/11). Dalam pertemuan
itu, para pemimpin akan memberikan suara terhadap rancangan kesepakatan
Brexit dan dokumen lain terkait dengan proses hengkangnya Inggris dari Uni Eropa.
Draf
Brexit setebal 585 halaman berhasil disepakati Inggris dan Uni Eropa
pada 15 November lalu. Kesepakatan tercapai setelah memakan waktu lebih
dari 18 bulan diskusi. Dalam draf itu dipaparkan persyaratan yang harus
dipenuhi Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa.
Kemudian
pada Kamis (21/11), Inggris dan Uni Eropa juga telah menyepakati draf
yang mengatur tentang hubungan masa depan kedua belah pihak
pasca-Brexit. Draf itu dikenal dengan istilah "deklarasi politik".