NEW YORK
- Departemen Polisi New York (NYPD) menyesuaikan rencana keamanan untuk
perayaan Malam Tahun Baru yang dihadiri ratusan ribu orang di Times
Square. Penyesuaian itu dilakukan setelah sebuah aksi bom bunuh diri
gagal di sebuah terowongan kereta bawah tanah.
Wakil Komisaris untuk Intelijen dan Kontraterorisme NYPD, John Miller, mengatakan polisi akan melakukan tinjauan langsung segera dan mendalam tentang insiden tersebut. Tinjuan ini penting untuk jadi pelajaran tentang bagaimana menghadapi jenis serangan serupa.
”Ini adalah pertama kalinya saya percaya bahwa kita telah melihat seseorang dengan bom bunuh diri di mass transit dan sebenarnya itu bom. Jadi, kita akan segera menijaunya,” kata Miller kepada Reuters, yang dilansir Rabu (13/12/2017).
Rencana keamanan Tahun Baru juga akan mempertimbangkan serangan lain seperti serangan penembak runduk (snipper) di Las Vegas pada 1 Oktober yang menewaskan 58 orang dan melukai lebih dari 500.
Pada hari Selasa, seorang pria Bangladesh berusia 27 tahun didakwa di pengadilan federal karena kejahatan terorisme setelah mencoba meledakkan sebuah bom pipa di sebuah terowongan pejalan kaki di bawah Times Square.
Menurut beberapa pejabata, bahan kimia di dalam bom pipa tersulut, namun pipa itu sendiri tidak meledak. Imbasnya hanya melukai pelaku dan tiga orang di dekatnya.
Milller menolak merinci langkah-langkah spesifik terkait penyesuaian rencana keamanan pada malam Tahun Baru di New York.
Namun, Kevin Harrington, mantan kepala NYPD di biro detektif mengatakan, dalam waktu dekat akan banyak petugas polisi bersenjata dan terlatih dikerahkan di jalanan. Banyak anjing polisi juga dikerahkan. Selain itu, pemeriksaan tas dan pos pemeriksaan akan diperketat.
”Anda akan melihat senjata yang lebih besar dan peningkatan yang signifikan pada petugas yang sangat terlatih untuk menggunakan senjata tersebut,” kata Harrington.
Setelah serangan 11 September 2001, NYPD menciptakan apa yang dianggap oleh para ahli keamanan sebagai unit intelijen dan kontraterorisme paling kuat di antara pasukan polisi kota. Unit itu memeriksa setiap serangan bermotif politik terhadap warga sipil di seluruh dunia untuk memperbaiki pertahanan New York.
Wakil Komisaris untuk Intelijen dan Kontraterorisme NYPD, John Miller, mengatakan polisi akan melakukan tinjauan langsung segera dan mendalam tentang insiden tersebut. Tinjuan ini penting untuk jadi pelajaran tentang bagaimana menghadapi jenis serangan serupa.
”Ini adalah pertama kalinya saya percaya bahwa kita telah melihat seseorang dengan bom bunuh diri di mass transit dan sebenarnya itu bom. Jadi, kita akan segera menijaunya,” kata Miller kepada Reuters, yang dilansir Rabu (13/12/2017).
Rencana keamanan Tahun Baru juga akan mempertimbangkan serangan lain seperti serangan penembak runduk (snipper) di Las Vegas pada 1 Oktober yang menewaskan 58 orang dan melukai lebih dari 500.
Pada hari Selasa, seorang pria Bangladesh berusia 27 tahun didakwa di pengadilan federal karena kejahatan terorisme setelah mencoba meledakkan sebuah bom pipa di sebuah terowongan pejalan kaki di bawah Times Square.
Menurut beberapa pejabata, bahan kimia di dalam bom pipa tersulut, namun pipa itu sendiri tidak meledak. Imbasnya hanya melukai pelaku dan tiga orang di dekatnya.
Milller menolak merinci langkah-langkah spesifik terkait penyesuaian rencana keamanan pada malam Tahun Baru di New York.
Namun, Kevin Harrington, mantan kepala NYPD di biro detektif mengatakan, dalam waktu dekat akan banyak petugas polisi bersenjata dan terlatih dikerahkan di jalanan. Banyak anjing polisi juga dikerahkan. Selain itu, pemeriksaan tas dan pos pemeriksaan akan diperketat.
”Anda akan melihat senjata yang lebih besar dan peningkatan yang signifikan pada petugas yang sangat terlatih untuk menggunakan senjata tersebut,” kata Harrington.
Setelah serangan 11 September 2001, NYPD menciptakan apa yang dianggap oleh para ahli keamanan sebagai unit intelijen dan kontraterorisme paling kuat di antara pasukan polisi kota. Unit itu memeriksa setiap serangan bermotif politik terhadap warga sipil di seluruh dunia untuk memperbaiki pertahanan New York.
Credit sindonews.com
Trump Manfaatkan Serangan New York untuk Perkuat Imigrasi
WASHINGTON
- Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump menyatakan harus
"memperbaiki" sistem imigrasinya, menyusul serangan bom di New York,
yang menyebabkan setidaknya empat orang terluka.
Dalam sebuah pernyataan, Trump meminta Kongres AS untuk merevisi kebijakan migrasi rantai negara tersebut, yang memungkinkan imigran untuk mensponsori masuknya keluarga mereka ke AS.
"Teror kali ini, memasuki negara kita melalui migrasi keluarga besar, yang tidak sesuai dengan keamanan nasional. Amerika harus memperbaiki sistem imigrasi yang lemah, yang memungkinkan terlalu banyak orang yang berisiko, dan tidak memiliki hak untuk mengakses negara kita," ucap Trump, seperti dilansir Al Jazeera, Selasa (12/12).
Trump juga memohon kepada anggota parlemen AS untuk meningkatkan jumlah petugas imigrasi di negara tersebut, meningkatkan kekuatan petugas yang berkaitan dengan penangkapan, dan penahanan, serta mengakhiri kecurangan dan penyalahgunaan dalam sistem imigrasi.
"Mereka yang terbukti terlibat dalam tindakan teror berhak mendapatkan hukuman terkuat yang diizinkan oleh undang-undang, termasuk hukuman mati dalam kasus yang tepat," tambahnya.
Dalam sebuah pernyataan, Trump meminta Kongres AS untuk merevisi kebijakan migrasi rantai negara tersebut, yang memungkinkan imigran untuk mensponsori masuknya keluarga mereka ke AS.
"Teror kali ini, memasuki negara kita melalui migrasi keluarga besar, yang tidak sesuai dengan keamanan nasional. Amerika harus memperbaiki sistem imigrasi yang lemah, yang memungkinkan terlalu banyak orang yang berisiko, dan tidak memiliki hak untuk mengakses negara kita," ucap Trump, seperti dilansir Al Jazeera, Selasa (12/12).
Trump juga memohon kepada anggota parlemen AS untuk meningkatkan jumlah petugas imigrasi di negara tersebut, meningkatkan kekuatan petugas yang berkaitan dengan penangkapan, dan penahanan, serta mengakhiri kecurangan dan penyalahgunaan dalam sistem imigrasi.
"Mereka yang terbukti terlibat dalam tindakan teror berhak mendapatkan hukuman terkuat yang diizinkan oleh undang-undang, termasuk hukuman mati dalam kasus yang tepat," tambahnya.
Credit sindonews.com