Selama pidatonya pada ulang tahun ke-116 pertempuran paling berdarah dalam perang Amerika-Filipina, Duterte mendapat nasehat dari Departemen Luar Negeri kalau ia harus memperlancar bahasanya dan menghindari kecaman yang cenderung dilakukannya saat emosional.
"Saya tidak akan mengatakan mereka (AS) adalah penyelamat kita, tapi mereka adalah sekutu kita dan mereka membantu kita. Bahkan sampai hari ini, mereka menyediakan peralatan penting untuk tentara kita di Marawi untuk melawan para teroris," katanya seperti dilansir RT, Kamis, (28/9).
Duterte mulai menunjukkan sisi lembutnya kepada Amerika. Pada Agustus ia mengaku sebagai teman rendah hati Washington saat bertemu dengan Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson. Padahal tiga pekan sebelumnya, Duterte menyebut AS payah.
"Tidak akan pernah ada waktu bagi saya untuk pergi ke Amerika selama masa jabatan saya, atau bahkan setelahnya," kata Duterte pada akhir Juli.
Duterte mengaku dirinya adalah seorang temperamen. Ini terlihat saat bulan September 2016, saat dia menyebut mantan Presiden AS Barack Obama sebagai anak perempuan jalang setelah Obama menyatakan keprihatinannya atas 'perang melawan narkoba' Duterte.
Duterte tampaknya memiliki hubungan yang lebih positif dengan Presiden Donald Trump. Ia menyebut Trump tidak akan menjadi miliarder jika dia bodoh.
Credit REPUBLIKA.CO.ID