CB, Jakarta -Korea Utara
mengancam akan menembak jatuh pesawat tempur Amerika Serikat yang
mendekati wilayahnya pada pekan lalu. Namun ahli militer mengatakan ini
sulit dilakukan militer Korea Utara karena sistem pertahanan udara yang
dimilikinya sebagian besar berasal dari era perang dingin.
Pesawat bomber miliki AS, yang melakukan unjuk kekuatan Sabtu lalu terbang di atas wilayah timur Korea Utara dengan kawalan dari empat pesawat tempur di kawasan udara internasional. Penerbangan ini menjadi penerbangan dengan jarak terjauh yang ditempuh pesawat tempur AS di wilayah Korea Utara sepanjang abad 21.
Pesawat bomber supersonik B -1B memiliki sistem pengacau radar elektronik dan biasanya selalu dikawal empat pesawat tempur F-15. Menurut Bruce Bennett, seorang Ahli Militer di Rand Corporation, empat pesawat pengawal ini memiliki kemungkinan besar memenangkan pertarungan udara jika harus melawan pesawat tempur Korea Utara yang sudah tua.
“Jika Korea Utara mencoba membanjiri F-15 dengan mengirim pesawat tempur dalam jumlah besar, Amerika Serikat akan mengetahui bahwa itu sedang terjadi, dan memilih untuk terbang meninggalkan Korea Utara menuju Jepang,” kata Bennett.
Korea Utara mungkin dapat menembakkan rudal dari permukaan ke pesawat AS, namun hal itu akan sangat jarang terjadi. Menurut ahli, rudal dengan jarak tempuh yang panjang sangat kecil kemungkinan dapat mengenai sasaran yang berada di luar wilayah udara Korea Utara.
“Jika pesawat tempur AS terbang di luar garis pantai, mereka akan aman,” ucap Michael Elleman, seorang ahli rudal dari International Institute for Strategic Studies.
Pada tahun 1969 Korea Utara berhasil menembak jatuh sebuah pesawat tempur milik Angkatan Laut AS yang sedang melakukan misi pengintaian. Pesawat itu jatuh 90 mil dari garis pantai Korea Utara dan menewaskan 31 awak pesawat.
Namun dalam peristiwa itu pesawat yang digunakan AS diproduksi tahun 1940-an. Sedangkan jet terbaru AS saat ini dilengkapi sistem pengecoh, yang membuat Korea Utara tidak dapat menggunakan radar untuk melacak mereka.
Pada hari Sabtu, 23 September, Menteri Luar Negeri Korea Utara, Ri Yong Ho, mengatakan Amerika Serikat mendeklarasikan perang dengan mengirim sebuah pesawat bomber di wilayah pesisir timur Korea Utara. Ri Young Ho juga mengatakan Korea Utara berhak melakukan pertahanan, termasuk menembak jatuh pesawat tempur AS yang berusaha mendekati wilayahnya.
Pesawat bomber miliki AS, yang melakukan unjuk kekuatan Sabtu lalu terbang di atas wilayah timur Korea Utara dengan kawalan dari empat pesawat tempur di kawasan udara internasional. Penerbangan ini menjadi penerbangan dengan jarak terjauh yang ditempuh pesawat tempur AS di wilayah Korea Utara sepanjang abad 21.
Pesawat bomber supersonik B -1B memiliki sistem pengacau radar elektronik dan biasanya selalu dikawal empat pesawat tempur F-15. Menurut Bruce Bennett, seorang Ahli Militer di Rand Corporation, empat pesawat pengawal ini memiliki kemungkinan besar memenangkan pertarungan udara jika harus melawan pesawat tempur Korea Utara yang sudah tua.
“Jika Korea Utara mencoba membanjiri F-15 dengan mengirim pesawat tempur dalam jumlah besar, Amerika Serikat akan mengetahui bahwa itu sedang terjadi, dan memilih untuk terbang meninggalkan Korea Utara menuju Jepang,” kata Bennett.
Korea Utara mungkin dapat menembakkan rudal dari permukaan ke pesawat AS, namun hal itu akan sangat jarang terjadi. Menurut ahli, rudal dengan jarak tempuh yang panjang sangat kecil kemungkinan dapat mengenai sasaran yang berada di luar wilayah udara Korea Utara.
“Jika pesawat tempur AS terbang di luar garis pantai, mereka akan aman,” ucap Michael Elleman, seorang ahli rudal dari International Institute for Strategic Studies.
Pada tahun 1969 Korea Utara berhasil menembak jatuh sebuah pesawat tempur milik Angkatan Laut AS yang sedang melakukan misi pengintaian. Pesawat itu jatuh 90 mil dari garis pantai Korea Utara dan menewaskan 31 awak pesawat.
Namun dalam peristiwa itu pesawat yang digunakan AS diproduksi tahun 1940-an. Sedangkan jet terbaru AS saat ini dilengkapi sistem pengecoh, yang membuat Korea Utara tidak dapat menggunakan radar untuk melacak mereka.
Pada hari Sabtu, 23 September, Menteri Luar Negeri Korea Utara, Ri Yong Ho, mengatakan Amerika Serikat mendeklarasikan perang dengan mengirim sebuah pesawat bomber di wilayah pesisir timur Korea Utara. Ri Young Ho juga mengatakan Korea Utara berhak melakukan pertahanan, termasuk menembak jatuh pesawat tempur AS yang berusaha mendekati wilayahnya.
Credit tempo.co
Korea Utara Pindahkan Pesawat Tempur, Bersiap Perang?
CB, Jakarta - Korea Utara telah
memindahkan pesawat tempurnya dan meningkatkan pertahanan di pantai
timur setelah Amerika Serikat mengirim jet pengebom B-1B ke Semenanjung
Korea akhir pekan lalu.
Hal tersebut diungkapkan seorang sumber dari badan intelijen Korea Selatan pada hari Selasa, 26 September 2017.
"Amerika Serikat tampaknya telah mengungkapkan rute penerbangan jet militernya dengan sengaja karena Korea Utara tampaknya tidak sadar," demikian lapor sumber tersebut, seperti yang dilansir Reuters pada 26 September 2017.
Dinas Intelijen Nasional Korea Selatan belum mengkonfirmasi laporan tersebut.
Penguatan sistem pertahanan Korea Utara dilakukan setelah pada Senin, 25 September 2017, Menteri Luar Negeri Korea Utara Ri Yong Ho menyatakan bahwa Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah mendeklarasikan perang. Dengan demikian Pyonyang merasa memiliki hak menembak jatuh bomber Amerika jika memasuki wilayah Korea Utara.
Pernyataan keras Ri Yong Ho itu disampaikan menanggapi pidato Trump di Sidang Umum PBB pekan lalu disusul cuitan di akun Twitter pada Sabtu, 23 September 2017. Trump, melalui akun Twitter, memperingatkan para menteri dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un bahwa kepemimpin mereka "tidak akan bertahan lama" jika mereka terus menerus melakukan ancaman dan mendeklarasikan perang.
Namun, juru bicara Gedung Putih, Sarah Sanders, menolak tudingan Korea Utara. Amerika sama sekali tidak pernah mendeklarasikan perang, seraya menyebut bahwa tuduhan tersebut konyol.
Hal tersebut diungkapkan seorang sumber dari badan intelijen Korea Selatan pada hari Selasa, 26 September 2017.
"Amerika Serikat tampaknya telah mengungkapkan rute penerbangan jet militernya dengan sengaja karena Korea Utara tampaknya tidak sadar," demikian lapor sumber tersebut, seperti yang dilansir Reuters pada 26 September 2017.
Dinas Intelijen Nasional Korea Selatan belum mengkonfirmasi laporan tersebut.
Penguatan sistem pertahanan Korea Utara dilakukan setelah pada Senin, 25 September 2017, Menteri Luar Negeri Korea Utara Ri Yong Ho menyatakan bahwa Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah mendeklarasikan perang. Dengan demikian Pyonyang merasa memiliki hak menembak jatuh bomber Amerika jika memasuki wilayah Korea Utara.
Pernyataan keras Ri Yong Ho itu disampaikan menanggapi pidato Trump di Sidang Umum PBB pekan lalu disusul cuitan di akun Twitter pada Sabtu, 23 September 2017. Trump, melalui akun Twitter, memperingatkan para menteri dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un bahwa kepemimpin mereka "tidak akan bertahan lama" jika mereka terus menerus melakukan ancaman dan mendeklarasikan perang.
Namun, juru bicara Gedung Putih, Sarah Sanders, menolak tudingan Korea Utara. Amerika sama sekali tidak pernah mendeklarasikan perang, seraya menyebut bahwa tuduhan tersebut konyol.
Credit tempo.co