NEW YORK
- Pemerintah Myanmar tersinggung dengan laporan yang menyebut
militernya melakukan pembersihan etnis atau genosida terhadap minoritas
muslim Rohingya. Di forum Majelis Umum PBB di New York, Myanmar
menyampaikan keberatannya.
Duta Besar Myanmar untuk PBB Hau Do Suan mengatakan bahwa pihkanya keberatan ”dengan ketentuan yang paling kuat” kepada negara-negara yang telah menggunakan kata-kata genosida untuk menggambarkan situasi di negara bagian Rakhine.
Hau Do Suan menggunakan ”hak jawab”-nya pada akhir pertemuan enam hari para pemimpin dunia di Majelis Umum PBB pada hari Senin. Dalam pidatonya, diplomat Myanmar ini mengatakan tuduhan genosida atau pembersihan etnis adalah ucapan yang tidak bertanggung jawab dan tuduhan yang tidak berdasar.
“Tidak ada pembersihan etnis. Tidak ada genosida,” sangkal Hau Do Suan, seperti dikutip AP, Selasa (26/9/2017). “Kami akan melakukan segalanya untuk mencegah pembersihan dan genosida etnis,” lanjut dia.
Kekerasan terbaru pecah di Rakhine sejak 25 Agustus 2017 lalu. Awalnya, kelompok ARSA atau Arakan Rohingya Salvation Army meluncurkan serangan terhadap sekitar 30 pos polisi yang menewaskan 12 petugas.
Serangan itulah yang memicu operasi militer terhadap warga etnis Rohingya yang oleh PBB digambarkan sebagai langkah pembersihan etnis muslim Rohingya.
Lebih dari 430.000 warga Rohingya telah melarikan diri dari Rakhine ke Bangladesh dalam waktu kurang dari sebulan. Mereka telah menceritakan kisah-kisah tentara Myanmar yang bekerja sama dengan gerombolan bersenjata untuk membantai warga sipil dan membakar seluruh desa.
Duta Besar Myanmar untuk PBB Hau Do Suan mengatakan bahwa pihkanya keberatan ”dengan ketentuan yang paling kuat” kepada negara-negara yang telah menggunakan kata-kata genosida untuk menggambarkan situasi di negara bagian Rakhine.
Hau Do Suan menggunakan ”hak jawab”-nya pada akhir pertemuan enam hari para pemimpin dunia di Majelis Umum PBB pada hari Senin. Dalam pidatonya, diplomat Myanmar ini mengatakan tuduhan genosida atau pembersihan etnis adalah ucapan yang tidak bertanggung jawab dan tuduhan yang tidak berdasar.
“Tidak ada pembersihan etnis. Tidak ada genosida,” sangkal Hau Do Suan, seperti dikutip AP, Selasa (26/9/2017). “Kami akan melakukan segalanya untuk mencegah pembersihan dan genosida etnis,” lanjut dia.
Kekerasan terbaru pecah di Rakhine sejak 25 Agustus 2017 lalu. Awalnya, kelompok ARSA atau Arakan Rohingya Salvation Army meluncurkan serangan terhadap sekitar 30 pos polisi yang menewaskan 12 petugas.
Serangan itulah yang memicu operasi militer terhadap warga etnis Rohingya yang oleh PBB digambarkan sebagai langkah pembersihan etnis muslim Rohingya.
Lebih dari 430.000 warga Rohingya telah melarikan diri dari Rakhine ke Bangladesh dalam waktu kurang dari sebulan. Mereka telah menceritakan kisah-kisah tentara Myanmar yang bekerja sama dengan gerombolan bersenjata untuk membantai warga sipil dan membakar seluruh desa.
Credit sindonews.com