Untuk tiga tahun berikutnya, pesawat R80 akan diproduksi masal untuk keperluan penerbangan dan industri pesawat terbang di Indonesia. "Masuk ke entry service itu ada tahun 2025," jelas dia saat ditemui di Wisma Habibie & Ainun di Patra Kuningan, Kamis (28/9).
Saat ini, lanjut Agung, PT.RAI sudah menyelesaikan seluruh desain dan sedang melakukan pengembangan secara penuh dari purwarupa R80. PT RAI, kata Agung, merencanakan untuk membuat pesawat dengan skala yang nyata untuk diuji secara langsung. "Kita akan merencanakan membuat empat pesawat untuk diuji diterbangkan," jelas dia.
Agung menjelaskan, R80 sendiri diperuntukan untuk pasar dalam negeri. Saat ini PT RIA mengincar pasar dalam negeri untuk penerbangan antar kota yang diatur melalui Kementerian Perhubungan.
Untuk pasar internasional, lanjut dia, PT RAI masih memikirkan kelanjutan setelah keberhasilan di dalam negeri. "Kita akan melakukan pengembangan untuk pasar Indonesia dulu," jelas dia.
Hal tersebut merupakan bentuk kendala dari sertifikasi perjalanan penerbangan. Jika sudah mengantongi perjalanan penerbangan domestik, ada kemungkinan kemudahan dari Internasional bisa didapatkan. "Kita harapkan sertifikasi internasional," kata dia.
PT RAI berencana memproduksi pesawat dengan jumlah rata-rata 35 pesawat per tahun. Produksi dengan jumlah tersebut dilakukan 2024 mendatang.
Credit republika.co.id
Pesawat R80 Habibie Kemungkinan Pakai Dua Mesin Ini
Foto: Ardan Adhi Chandra/detikFinance
Jakarta - Pesawat R80 membuka kemungkinan menggunakan mesin pesawat Pratt & Whitney dan mesin buatan pesawat buatan Inggris Rolls Royce untuk menjadi dapur pacu pesawat. Dua mesin pesawat tersebut dinilai cocok untuk diadopsi di pesawat R80.
"Ada dua kandidat, satu dari Amerika, Kanada tepatnya Pratt & Whitney dan juga Rolls Royce, Inggris. Itu jelas yang dibutuhkan oleh R80, harus disesuaikan dengan kebutuhan energi yang menopang R80," kata Presiden Direktur PT Regio Aviasi Industri (RAI) Agung Nugroho di Perpustakaan Habibie Ainun, Patra Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (28/9/2017).
Agung juga menginginkan adanya alih teknologi dalam pengembangan prototipe pesawat R80 tersebut. Sehingga berbagai komponen pesawat R80 bisa diproduksi di dalam negeri.
Mengenai kandungan komponen dalam negeri, Agung mengatakan, beberapa komponen masih dipesan dari luar negeri. Namun, beberapa komponen juga didapatkan dari dalam negerim
"Kita mendorong industri supply pesawat untuk ikut mendorong supplier asing dengan lokal," ujar Agung.
Credit detik.com