Pembangunan Iradiator Gamma di Puspitek Serpong,
Banten, diresmikan oleh Menristekdikti, Muhammad Nasir. TEMPO/Marifka
Wahyu Hidayat
Menurut Djarot, Iradiator Gamma, berfungsi untuk meningkatkan kualitas dari komoditas produk industri dan kesehatan.
“Agar memiliki nilai tambah ekonomi, terutama komoditas yang akan diekspor, meliputi buah, ikan, rempah-rempah, bahan obat, bahan kosmetik, dan alat kesehatan,” kata Djarot, Selasa, 7 Februari 2107.
Peneliti Batan, Nada Marnada, mengatakan dengan Iradiator Gamma semua komoditas yang akan di ekspor ke negara lain bisa di sterilisasi dengan radiasi.
Bangunan Iradiator Gamma pada lahan seluas 2 hektare ini, kata Nada, sangat menunjang kebutuhan industri Indonesia ke negara lain.
Saat ini, Nada menambahkan, Indonesia baru ada satu unit Iradiator dengan kapasitas besar yang digunakan secara komersial. Iradiator bernama Re-Lion tersebut milik perusahaan asal Singapura berlokasi di Cikarang, Kabupaten Bekasi.
“Iradiator melayani jasa iradiasi, itu pun sudah kelebihan kapasitas,” ujar Nada.
Nada mengatakan, dalam sehari Iradiator Gamma Merah Putih akan mampu menghasilkan produk iradiasi sebanyak 30 ton.
Nada menjamin Iradiator Gamma aman, karena tembok dinding untuk proses iradiasinya saja setebal 2 meter, tebal atapnya 1,8 meter. “Agustus 2017 akan diresmikan dan siap untuk di komersilkan,” ujar Nada.
Keberadaan Iradiator Gamma, ujar Nada, ini diharapkan membantu peningkatan komoditas produk untuk di ekspor ke luar negeri. “Agar komoditas awet tanpa bahan kimia dan mempunyai nilai jual yang tinggi,” kata Nada.
Barang yang akan diawetkan, kata dia, dimasukkan ke dalam alat iradiator dengan conveyor. “Kemudian barang tersebut dilewatkan sinar gamma dengan intensitas sesuai yang ditentukan. Setelah itu barang keluar melalui conveyor dan sudah diradiasi menjadi awet,” ucap Nada.
Pada prinsipnya, kata Nada, radiasi bertujuan untuk membunuh bakteri penyebab kerusakan sebuah benda atau barang makanan.
Credit TEMPO.CO