LONDON
- Pemimpin Partai Buruh Inggris, Jeremy Corbyn mengatakan kebijakan
NATO menambahkan lebih banyak pasukan di Eropa Timur hanya meningkatkan
ketegangan. Ia pun mengusulkan zona penyangka demiliterisasi di
perbatasan aliansi dengan Rusia.
"Ada proses yang harus kita coba
dan demiliterisasi perbatasan antara mereka yang kini menjadi negara
NATO dan Rusia sehingga kita bisa saling memisahkan kekuatan, menjaga
mereka lebih jauh terpisah. Kita tidak bisa kembali jatuh dalam Perang
Dingin," kata Corbyn seperti dikutip dari Russia Today, Senin (14/11/2016).
Corbyn
sebelumnya mengatakan bahwa NATO "seharusnya berakhir" setelah jatuhnya
Tirai Besi. Ia pun menolak jika Inggris harus berkomitmen pada prinsip
pertahanan kolektif jika ia menjadi Perdana Menteri.
Corbyn
menyatakan keraguannya bahwa di bawah sistem internasional saat ini
segala bentuk pemulihan hubungan dengan Moskow dapat terwujud. "Donald
Trump jelas berpikir dia bisa memiliki hubungan yang kuat dengan Putin
atas dasar bahwa ia adalah pemimpin yang kuat. Tapi itu bukan tentang
pemimpin yang kuat, ini tentang gerakan menuju koeksistensi dan
perdamaian," jelas Corbyn.
Sebagai solusinya, pria berusia 67
tahun itu lantas mengusulkan OSCE dan Dewan Eropa sebagai forum
potensial untuk membangun hubungan baru dengan Kremlin. Ia pun berulang
kali menegaskan bahwa sikap anti NATO-nya tidak sama dengan dukungan
untuk Rusia. Ia mengatakan memiliki banyak kritik untuk Putin,
pelanggaran HAM dan militerisasi masyarakat.
NATO saat ini
menempatkan 4.000 kekuatan respon cepoat baru di Eropa Timur. Sebagian
besar tentara dijadwalkan akan ditempatkan di negara-negara Baltik, yang
dianggap paling rentan terhadap serangan bertubi-tubi dari Moskow.
Credit Sindonews