Jumat, 18 November 2016

Rooivalk, Heli Serang Bernasib Malang



Bisnis pengembangan dan produksi alutsista adalah salah satu bisnis paling keras. Gagal mencapai tingkat produksi ideal, siap-siap gulung tikar. Kalau tidak dapat dukungan dan kepastian pembelian, jangan coba-coba masuk ke dalam bisnis ini. Tak terhitung banyaknya pabrikan yang sudah ambruk karena gagal membuktikan eksistensi produknya.
Di pasar heli serang, Denel AH-2 Rooivalk menjadi salah satunya. Afrika Selatan pada era Apartheid adalah negeri yang lelah karena dijauhi. Mereka harus mengobarkan perang bush war di perbatasan melawan tetangga-tetangganya yang didukung Uni Soviet, tetapi negara Barat justru melengos dan lebih memilih menyoroti praktek pemisahan ras di Afrika Selatan antara si putih dan si hitam. Tahu diri karena mereka tidak akan pernah disokong Barat, Afrika Selatan sebisa mungkin berdikari dalam rancang bangun senjatanya, termasuk desain helikopter serang.
Sesungguhnya desain dan produksi heli serang sendiri tergolong sangat ambisius, apalagi Afrika Selatan tidak memiliki pengalaman membuat heli serang. Yang mereka punya saat itu, hanya pengalaman merakit heli SA330 Puma berdasarkan lisensi dari Sud Aviation. Sebelumnya pun Afrika Selatan sudah mencoba membuat dua helikopter serang Alpha XH-1 berdasarkan desain helikopter Alouette III, sampai tahap eksperimental.
Bermodal hal tersebut, Denel dan Atlas selaku pabrikan senjata Afrika Selatan akhirnya memulai program heli serang berkode Rooivalk (elang Kestrel merah). Desain dasar dari Rooivalk sudah mengadopsi desain helikopter serang dengan fuselage sempit dan memanjang, serta posisi duduk pilot dan juru tembak dengan formasi tandem depan belakang.
rooivalk1
Mesin yang menjadi isu krusial dipecahkan dengan adopsi dan modifikasi mesin Turbomeca Turmo IV, sistem transmisi, dan desain rotor dari SA330 Puma. Mesin ini dikenal sebagai mesin Topaz. Adopsi mesin Puma ini menyebabkan sponson pod mesin Rooivalk menjadi sangat panjang, termasuk bagian inletnya yang masih memiliki penciri khas inlet mesin helikopter Puma.
Atlas dan Denel membuat empat purwarupa. Dua purwarupa pertama dengan kode XTP-1 dibuat sebagai wahana evaluasi mesin dan sistem. Atlas bahkan mengeluarkan biaya besar untuk riset material komposit untuk membuat Rooivalk seringan mungkin. Purwarupa pertama Rooivalk ditampilkan ke hadapan publik pada Januari 1990 dan penerbangan perdana pada Mei 2002. Bentuknya memang sedikit kaku, tetapi Rooivalk tak kalah mematikannya dengan heli tempur lain. Sistem senjata utamanya adalah kubah TC-20 yang dipersenjatai dengan kanon 20mm GIAT F2 di hidungnya.
Konfigurasi kokpit pada Rooivalk adalah juru tembak di depan dan pilot di belakang, dalam kokpit yang terlindung dari hantaman amunisi kaliber sedang. Pengendalian helikopter dibuat mudah dengan diimplementasikannya HOCAS (Hands on Collective and Stick) sehingga pilot Rooivalk tidak perlu repot koordinasi tangan kanan dan kiri. Pembidikan sasaran dilakukan melalui helm pintar Thales TopOwl dimana arah gerak kanon tinggal mengikuti tolehan lensa bidik yang terintegrasi dengan TopOwl.
rooivalk9
Sistem penginderaan pada Rooivalk mengandalkan sistem bidik yang terpasang di hidung, mengintegrasikan sistem LLTV (Televisi yang mampu mengindera pada pencahayaan rendah), FLIR (Forward Looking Infra Red), laser tracker dan designator yang digunakan untuk mengarahkan Ingwe dfan Mokopa. Sistem bidik ini distabilisasi sehingga juru tembak tidak kesulitan menjejak sasaran di tengah getaran dan manuver helikopter.
Versi definitif dari Rooivalk yaitu varian CSH-2 sudah menggunakan mesin Turbomeca Makila yang satunya berdaya 1.175kW. Lagi-lagi mesin ini merupakan adopsi mesin dari Super Puma. Pilihan senjata utamanya dapat menggunakan sistem kubah TC-20 dengan kanon 20mm, atau TC-30 dengan kanon DEFA 30mm.
Dengan stub wing yang membentang panjang, CSH-2 Rooivalk memiliki total enam hardpoint untuk mencantelkan senjata mulai dari tabung roket FFAR, sampai rudal antitank berpemandu laser ZT-3 Ingwe yang sudah battle proven. Untuk pertahanan dari serangan pesawat tempur atau heli lawan, rudal anti pesawat dengan pemandu infra merah Denel V3C Darter atau bahkan Thales Mistral dapat dipasang ke Rooivalk.
Walaupun punya potensi dan kinerjanya mumpuni, pada akhirnya perubahan jaman mengempaskan nasib Rooivalk. Pemerintahan dan rezim baru menganggap kebutuhan heli serang tidak mendesak dan membatasi pembeliannya hanya 16 unit, dengan 4 purwarupa dan 12 heli operasional.
Denel mencoba memasarkannya kemana-mana, termasuk bekerjasama dengan British Aerospace namun tidak berhasil. Pada tahun 2007 Denel Group memutuskan untuk menghentikan pengembangan Rooivalk, dimana kemudian pemerintah Afrika Selatan menyuntikkan dana sebesar US$137 Juta untuk memodernisasi Rooivalk ke standar Block 1F yang mampu menembakkan rudal ZT-6 Mokopa. Ada rencana untuk mengembangkan Rooivalk Mk2, tetapi tentu saja harus menunggu adanya peminat baru.
SPESIFIKASI CSH-2 Rooivalk
Awak                     : 2 orang
Mesin                    : 2x Turbomeca Makila IA2 @1470kW
Panjang                 : 16,4m
Tinggi                    : 4,59m
MTOW                  : 8.750kg
Kecepatan             : 309km/ jam
Jarak                     : 705km





Credit   angkasa.co.id