Foto
berjudul 'Winter 1951' ini diambil di Selandia Baru. Fotografernya
percaya ini merupakan sebuah piring terbang, namun Angkatan Udara A.S.
menyimpulkan bahwa itu sebenarnya awan lenticular. Dailymail.co.uk
Menurut Venzha, karyanya akan dipamerkan bersama benda-benda milik National Aeronautics and Space Administration (NASA), lembaga pemerintah Amerika Serikat yang bertanggung jawab atas program luar angkasa dan penelitian umum luar angkasa jangka panjang. “Saya satu-satunya yang terpilih dari banyak kandidat menurut Direktur Art Science Museum,” kata Venzha, Ahad, 6 November 2016.
Venzha menambahkan, NASA menggelar pameran pertamanya di kawasan Asia Tenggara tahun ini. NASA membawa benda-benda seperti roket dan satelit. Mereka juga menyuguhkan sejarah luar angkasa dan berbagai inovasi mutakhir.
Venzha pernah membuat mercusuar penopang UFO berlampu putih dan ungu. Piring terbang itu bertopang menara setinggi 36 meter. Karya itu berhubungan dengan radio astronomi, penangkap sinyal kehidupan ruang angkasa dan mendengarkan suara gelombang frekuensi melalui telepon seluler. Karya Venzha ini menjadi karya utama dalam perhelatan seni kontemporer Art Jog. Venzha bekerja sama dengan SETI dari Korea Selatan. Ini sebuah lembaga pencari UFO di Negeri Ginseng.
Venzha yang merupakan Alumnus Institut Seni Indonesia Yogyakarta itu bekerja sama dengan Search for Extraterrestrial Intelligence dalam proyek Art Jog 2016. SETI berkantor pusat di California, Amerika Serikat. Sedangkan di Art Jog, Venzha berkolaborasi dengan SETI Korea Selatan. SETI merupakan lembaga yang fokus pencarian ilmiah terhadap tanda-tanda kehidupan cerdas di luar bumi, satu di antaranya memburu keberadaan UFO. Mereka banyak menggunakan resolusi tinggi teknologi kamera digital, komputasi, dan akses internet berkecepatan tinggi.
SETI menjadi tempat berkumpulnya para ilmuan di bidang Astro Fisika, astro Biologi, dan Astro Kimia. Mereka banyak memanfaatkan radio astronomi untuk mendapatkan frekuensi. Dari situlah mereka mendapat sinyal koloni atau kehidupan tertentu di ruang angkasa. Gelombang frekuensi direkam dan polanya diteliti.
Jaringan SETI terdiri dari kalangan pemerhati ruang angkasa amatir hingga ahli profesional, yang tersebar di banyak negara. Penggemar astronomi yang bekerja secara independen biasanya saling mengunggah data temuannya dan berbagi pengalaman dan informasi. Setidaknya Venzha telah menggarap 40 proyek yang berhubungan dengan teknologi dan ruang angkasa.
ISSS merupakan kelanjutan dari riset, kolaborasi, kunjungan, perjalanan, dan wawancara, seminar yang dilakukan v.u.f.o. c an extratev rrestrial study center. Ini jaringan dan institusi baru di bidang astronomi dan ruang angkasa. Venzha tergabung di dalamnya. Semua data yang direkam ISSS akan dipresentasikan di Amerika Serikat pada 2017.
ISSS mengumpulkan data dan menganalisanya. Data itu kemudian dibagikan ke publik. Karya Venzha bertujuan mengajak orang membagi apa yang mereka amati, eksplorasi, dan mereka ketahui tentang apa yang terjadi di luar planet Bumi. Data itu kelak bisa digunakan untuk melihat perubahan iklim dan pertanian.
Proyek seni serupa pernah Venzha buat di sejumlah negara, di antaranya Taiwan dan Amerika Serikat. Ia selalu melibatkan ahli untuk proyeknya, misalnya ahli Astro Fisika atau ilmu Fisika yang mempelajari alam semesta. Venzha pernah ke Area 51, pangkalan rahasia di gurun Nevada, Amerika Serikat.
Tempat itu menyandang reputasi paling misterius di muka Bumi. Area 51 menjadi ikon bagi penggemar alien setelah insiden Roswell, yakni satu benda terbang aneh atau UFO diduga jatuh di daerah itu. Pesawat dirahasiakan dan disimpan dalam pangkalan itu pada 1947. Makhluk dalam pesawat itu diduga aliens.
Venzha menyatakan intens mempelajari ruang angkasa sejak tahun 2011. Pada 2011-2015, ia rajin ke Amerika Serikat. Dia percaya ada UFO dan kehidupan cerdas lain di luar bumi. UFO punya cirinya datang dari jarak yang jauh di langit kemudian tampak mengecil atau terbang dengan luar biasa cepatnya. Berbagai kemungkinan adanya UFO, kata Venzha masuk akal.
Venzha menyatakan pernah melihat UFO secara langsung ketika berada di Area 51 Amerika Serikat, New Mexico, dan Banyuwangi Jawa Timur, Indonesia. Bentuk UFO yang dia lihat berbeda-beda. Dia melihat UFO berupa cahaya atau bulatan. Yang paling jelas adalah ketika ia berada di New Meksiko tahun 2012. Waktu itu, Venzha jalan pada malam hari. Ia melihat UFO berbentuk bulat seperti bentuk bulan. Warna cahaya benda terbang itu berganti-ganti. Dia lalu memotret benda misterius itu.
Selain di New Meksiko, Venzha juga melihat UFO di Area 51 secara tidak sengaja pada 2013. Waktu itu Venzha melakukan riset dan membuat karya di Area 51. Dia mendapat undangan dari University of California, Los Angeles untuk mengajar selama tiga bulan. Venzha camping bersama mahasiswanya di dekat Area 51. Ia membawa alat pendeteksi frekuensi UFO. Hasil perburuannya itu dipamerkan di galeri di Amerika Serikat.
Venzha juga punya video UFO yang diperlambat. Tahun 2013, ia mengabadikan tulisan Hollywood di Los Angles, California. Ia kaget seketika karena melihat cahaya benda langit yang terbang. Venzha pun mengupload dalam websitenya. Cahaya itu geraknya sangat cepat. “UFO di Banyuwangi Jawa Timur saya lihat tahun 2015,” kata Venzha.
Sejak bocah, ia senang membaca literatur tentang UFO. Ia banyak mengkoleksi buku-buku tentang UFO, di antaranya buku karya J. Salatun berjudul Menjingkap Rahasia Piringterbang. Ada juga buku berjudul UFO Salah Satu Masalah Dunia Masa Kini oleh penulis yang sama. Venzha juga mengumpulkan edisi khusu Majalah Hai tentang UFO.
Credit TEMPO.CO