Foto: Reuters
Jakarta - China dan Rusia berencana menggelontorkan investasi hingga US$ 20 miliar untuk mengembangkan pesawat jet berbadan panjang dan lebar. Pesawat ini dibuat untuk menyaingi Boeing dan Airbus.
Rencana ambisius ini ditandai dengan perjanjian antara Commercial Aircraft Corporation of China (COMAC) dan United Aircraft Corporation (UAC) asal Rusia yang memproduksi banyak pesawat termasu Sukhoi Superjet 100. Perjanjian itu diteken saat Presiden Rusia Vladimir Putin mengunjungi Presiden China, Xi Jinping di Beijing pada Juni 2016 lalu.
Dalam kerja sama yang akan disahkan tahun ini, dikembangkan pesawat jet komersial berkapasitas 280 penumpang, dengan kemampuan terbang hingga 12.000 kilometer (km).
Dilansir dari AFP pekan lalu, pesawat jenis ini berarti akan bersaing langsung dengan Boeing 787 dan Airbus A350.
Nilai proyek ini antara US$ 13 miliar (Rp 169 triliun) sampai US$ 20 miliar (Rp 260 triliun). Kedua pihak akan membagi modalnya 50:50.
Modal pesawat baru ini dipamerkan pada Zhuhai air show di provinsi Guangdong pekan lalu.
Foto: Reuters
|
Pesawat baru ini, direncanakan akan selesai dalam beberapa tahun ke depan. Namun, pengembangan pesawat komersial menjadi tantangan bagi China. Apalagi proyek pesawat China sebelumnya juga terus mundur.
China memang tengah berencana untuk mengembangkan industri kedirgantaraan domestiknya. Negara ini berencana ada pesawat komersial 'Made in China' di 2025.
Foto: Reuters
|
Pihak Airbus pernah menyatakan, China akan memerlukan 6.000 pesawat baru bernilai US$ 945 miliar atau Rp 12.285 triliun dalam 2 dekade ke depan. Bahkan menurut Boeing mencapai US$ 1 triliun.
COMAC saat ini sedang mengembangkan pesawat single aisle bernama C919. Pesawat ini telah uji coba diterbangkan, dan menerima pesanan 570 unit dari 23 pemesan.
Credit detikFinance