Jumat, 04 November 2016

Menteri pertahanan tunggu harga beli Sukhoi Su-35 Flanker E

 
Menteri pertahanan tunggu harga beli Sukhoi Su-35 Flanker E
Sukhoi Su-35S Flanker E Angkatan Udara Rusia. Berbeda dengan versi ekspornya, Rusia mengoperasikan varian S dari Sukhoi Su-35 ini, yang juga tidak memiliki subvarian kursi ganda. (wikipedia.org)
 
Jakarta (CB) - Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu, mengatakan, sedang menunggu harga pasti dari pihak Rusia untuk rencana pembelian pesawat tempur Sukhoi Su-35 (NATO: Flanker E) sebagai calon pengganti F-5E/F Tiger II di Skuadron Udara 14 TNI AU.

Indonesia sudah lama berencana membeli pesawat tempur pengganti F-5E/F Tiger II dengan beberapa pabrikan mengajukan produk unggulannya, di antaranya JAS39 Gripen (Saab AB, Swedia), Eurofighter Typhoon (Airbus Military), F-16 Block 60/70 Viper (Lockheed-Martin, Amerika Serikat), dan Sukhoi Su-35 Flanker E (Komsomolsk-on-Amure Aircraft Production Association). 

"Begini, bukan tidak ada progres. Saya menekankan harganya berapa. Selagi harganya belum ada, saya akan tanya terus," kata Ryacudu, Jakarta, Kamis.

Dia mengatakan, harga pembelian pesawat tempur itu harus sesuai dengan skala keekonomian sehingga dana digunakan seefisien mungkin.

"Kalau kita tidak tahu (harganya) kan jadi menggelembung. Kalau cuma 25 persen untuk mencari keuntungan itu wajar, tapi kalau lebih dari itu tidak bagus karena itu duit rakyat," ujarnya.

Pengadaan pesawat tempur TNI AU yang terdekat pasca kontrak pembelian dilakukan adalah untuk 24 unit F-16 Block 52ID eks Korps Udara Cadangan Pengawal Nasional Amerika Serikat. Lockheed Martin terikat kontrak dengan Indonesia, 14 unit di antaranya telah dikirim dan 10 unit lain menunggu hingga 2018 nanti. 

Sebelumnya, kepastian Sukhoi Su-35 Flanker E akan hadir di hanggar TNI AU menggantikan F-5E/F Tiger II masih belum terjadi. Laman rbth.indonesia, Jumat (28/10), menyatakan, negosiasi harga dan transfer teknologi bisa menjadi faktor penghalang keputusan pembelian pesawat tempur Sukhoi Su-35 Flanker E.

Gelaran industri pertahanan Indo Defence 2016 akan menjadi arena baru penawaran pesawat tempur pengganti F-5E/F Tiger II dari Skuadron Udara 14 TNI AU. Kompetisi antara JAS-39 Gripen, Eurofighter Typhoon, dan Sukhoi Su-35 Flanker E, akan dibuka kembali.

Karena itulah Indonesia kemudian mengundang dua kontestan lain untuk mengirim proposal resmi mereka dalam program penggantian F-5E/F Tiger II ini. 

Selama empat tahun terakhir, dana pertahanan Indonesia meningkat menjadi Rp108,7 triliun pada 2016 ini walau semula diproyeksikan hanya Rp108 triliun. IHS Market, satu perusahaan riset, memperkirakan Indonesia akan menghabiskan dana APBN di sektor pertahanan hingga Rp288 triliun (hampir 20 miliar euro) pada antara 2016 dan 2025.


Credit  ANTARA News


Kontrak pembelian Sukhoi Su-35 bisa terkendala ToT dan produksi bersama


Kontrak pembelian Sukhoi Su-35 bisa terkendala ToT dan produksi bersama
Dokumentasi Presiden Joko Widodo (tengah) saat melihat kabin pesawat tempur Sukhoi Su-27/30 MKI Flanker dalam puncak Latihan Tempur Angkasa Yudha 2016 di Natuna, Kepulauan Riau, Kamis (6/10/2016). Sejauh ini Indonesia mengoperasikan Sukhoi Su-27/30MKI Flanker di Skadron Udara 11 yang ditempatkan di Pangkalan Udara Utama Hasanuddin, Makassar. (ANTARA FOTO/M N Kanwa) 
 
Jakarta (CB) - Kepastian Sukhoi Su-35 akan hadir di hanggar TNI AU menggantikan F-5E/F Tiger II masih belum terjadi. Laman rbth.indonesia, Jumat, menyatakan, negosiasi harga dan transfer teknologi bisa menjadi faktor penghalang keputusan pembelian pesawat tempur Sukhoi Su-35.

Gelaran industri pertahanan Indo Defence 2016 akan menjadi arena baru penawaran pesawat tempur pengganti F-5E/F Tiger II dari Skuadron Udara 14 TNI AU. Kompetisi antara JAS-39 Gripen dari Saab (Swedia), Eurofighter Typhoon (Airbus Military), dan Sukhoi Su-35 (Rosoboronexport, Rusia), akan dibuka kembali. 

Semula gencar disebut-sebut bahwa Sukhoi Su-35 akan menjadi pengganti F-5E/F Tiger II itu dan kepastian kontrak pembelian akan dilaksanakan pada paruh kedua 2016 ini. 

Namun, harga yang ditawarkan dan skema serta jenis transfer teknologi yang diberikan Rusia untuk membangun bersama pesawat tempur itu di Indonesia menjadi hal yang masih mengganjal. 

Karena itulah Indonesia kemudian mengundang dua kontestan lain untuk mengirim proposal resmi mereka dalam program penggantian F-5E/F Tiger II ini. 

Laman www.defenseworld.net, Selasa (27/10), melaporkan, pemerintah Indonesia saat ini menegaskan hanya membeli benda dan peralatan perang dari luar negeri jika ada transfer teknologi dan produksi bersama. 

Sumber Rusia yang dikutip pada Singapore Air Show 2016 lalu, menyatakan, jumlah unit Sukhoi Su-35 yang akan dibeli Indonesia masih sangat sedikit untuk memungkinkan mereka memberi kedua hal itu, yaitu transfer teknologi dan produksi bersama. 

Indonesia berencana membeli hanya delapan atau paling banyak 12 unit Sukhoi Su-35. 

Dibandingkan dengan pesaingnya, Saab pada Indo Defence 2016 kali ini akan membawa simulator JAS39 Gripen ke Jakarta. 

Direktur kampanye JAS39 Gripen, Magnus Hagman, menyatakan, biaya operasional JAS39 Gripen hanya 4.700 dolar Amerika Serikat alias hanya 10 persen ketimbang biaya operasional Sukhoi Su-35. 

Faktor pembiayaan pasca pembelian (perawatan dan operasional) sangat krusial untuk jangka menengah dan panjang. Pula pada pola dan prioritas operasionalisasi pesawat tempur. 

Sejak tahun lalu, Saab telah menegaskan komitmen mereka untuk memberi transfer teknologi kepada Indonesia dalam skala yang menguntungkan kedua belah pihak. Brazil telah menempuh cara ini, seiring kontrak pasti pembelian 36 unit JAS39 Gripen NG, yang hanggar produksinya telah dibangun di Brazil. 

Selain tawaran transfer teknologi, Saab juga menawarkan produksi bersama JAS39 Gripen dan pelatihan bagi ahli aeronautika Indonesia dalam mengintegrasikan sistem-sistem dalam pesawat tempur. 

Hal ini diharapkan dapat berperan besar dalam program pembuatan pesawat terbang tempur buatan Indonesia, IFX. 

Walau berukuran paling mungil dan bermesin tunggal —Sukhoi Su-35 dan Eurofighter Typhoon berukuran besar dan bermesin ganda— JAS39 Gripen sudah diintegrasikan dengan peluru kendali udara ke permukaan RBS 15 untuk menghajar target di darat dan permukaan laut. 

Ditambah dengan radar AESA maka daya gentar dan kemampuannya diyakini semakin meningkat. Sukhoi Su-35 mengembangkan radar pasif, PESA.



Credit  ANTARA News