Senin, 06 Juni 2016

Vietnam dan Korsel Tertarik Beli Jet Tempur AS

 
Vietnam dan Korsel Tertarik Beli Jet Tempur AS  
Vietnam dilaporkan tertarik membeli pesawat pengintai maritim buatan perusahaan Amerika Serikat, Lockheed Martin Corp P-3. (U.S. Customs and Border Protection via Wikimedia) 
 
Jakarta, CB -- Vietnam dan Korea Selatan dilaporkan tertarik membeli pesawat pengintai maritim buatan perusahaan Amerika Serikat, Lockheed Martin Corp P-3 dan S-3. Rencana pembelian ini menyusul sejumlah peningkatan aktivitas militer China di Laut China Selatan dan ancaman rudal dan nuklir dari Korea Utara.

Informasi ini diungkapkan oleh eksekutif senior divisi aeronautika Lockheed Martin, Clay Fearnow, kepada Reuters pada pertunjukkan udara di Berlin, Jerman, pekan lalu.

Fearnow mengungkapkan bahwa Vietnam diminta mengajukan penawaran harga dan data kesiapannya secara formal untuk membeli empat dari enam pesawat P-3 Orion milik Angkatan Laut AS yang akan diperbarui dalam beberapa bulan ke depan.

Pembelian jet tempur buatan Lockheed Martin oleh negara mantan musuh AS ini diperbolehkan menyusul pencabutan embargo senjata terhadap Vietnam oleh Presiden AS Barack Obama dalam kunjungannya bulan lalu.

Meski demikian, pejabat AS dan Lockheed menyatakan bahwa setiap kesepakatan pembelian senjata dengan Vietnam akan ditinjau secara cermat oleh pemerintah AS.

Seorang pejabat senior militer Vietnam mengatakan kepada Reuters pada akhir pekan lalu bahwa pembelian senjata signifikan masih dalam rencana dan belum tentu terlaksana.

"Kami tidak yakin apa yang bisa kita beli dari AS atau apa yang kita ingin beli," kata Wakil Menteri Pertahanan, Nguyen Chi Vinh.

Keputusan Washington untuk mengizinkan penjualan senjata ke Vietnam menggarisbawahi perbaikan hubungan kedua negara, utamanya dalam upaya menentang kekuatan militer China.

Vietnam, yang berbatasan dengan China, juga merupakan bagian penting dari upaya Obama untuk menanamkan pengaruh AS di Asia, di tengah sengketa wilayah antara Beijing dengan beberapa negara tetangga di kawasan Laut China Selatan, termasuk dengan Hanoi.

Fearnow memaparkan jika pembelian itu terlaksana, maka pesawat turboprop P-3 yang tak lagi digunakan dalam operasi AL AS akan mengalami perbaikan, terutama dengan pemasangan sayap baru, sistem misi baru dan peralatan perang antikapal selam untuk Vietnam.

Biaya perbaikan pesawat yang kini ditempatkan di sebuah gurun ini bisa mencapai lebih dari US$80 juta hingga US$90 juta. Angka tersebut merupakan harga perbaikan satu dari dari 12 pesawat P-3 yang diperbaiki kembali ketika dibeli Taiwan beberapa tahun yang lalu.

Sejak 2008, Lockheed sudah membangun sejumlah sayap baru maupun merakit baru 90 pesawat P-3 yang tersebar di seluruh dunia, termasuk Amerika Serikat, Norwegia, Taiwan, Chile dan Jerman.

Perusahaan ini tengah berupaya meningkatkan jumlah pesanan dan memperluas lini produksi sayap di Marietta, Georgia.

Fearnow juga mengungkapkan bahwa Brazil dan Korea Selatan tertarik memesan sayap baru untuk pesawat yang sudah ada. Kedua negara ini harus mengajukan pesanana sebelum 1 September mendatang untuk menghindari harga yang lebih mahal karena minimnya rantai pasokan bahan dasar untuk sayap.

Perusahaan pembuat pesawat lainnya, Boeing Co, juga memasarkan pesawat pengintai maritim P-8 Poseidon, yang secara usia lebih baru dan lebih mahal dari P-3. Pesaing potensial lainnya adalah Airbus Group yang mengandalkan pesawat EADS SE C295 yang dibangun di Spanyol.

Departemen Luar Negeri AS menyatakan tidak bisa mengomentari potensi penjualan P-3 atau S-3 sampai mereka memberitahu Kongres AS secara resmi.

Selain tertarik membeli sayap baru untuk delapan armada P-3 miliknya, Seoul juga tertarik mengakuisisi 12 pesawat S-3 milik AL AS, yang pensiun sejak 2009.

Fearnow juga mengungkapkan Spanyol, Portugal dan Argentina juga memiliki pesawat P-3 yang bisa jadi tertarik membeli sayap baru, namun terkendala anggaran.

Jepang, yang memiliki sekitar 100 armada P-3, tak lagi menggunakan pesawat jenis itu dan sebaliknya menggunakan pesawat pengintai jenis P-1 buatannya sendiri.

Angkatan Laut AS juga sudah menggantikan armada P-3 mereka dengan Boeing P-8.

Fearnow juga menyebut Filipina ingin memperluas kemampuan pengawasan maritimnya, tapi masih merancang sejumlah persyaratan.




Credit  CNN Indonesia