Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un saat bertemu
dengan ilmuan dan teknisi di bidang penelitian ke dalam senjata nuklir
di Pyongyang, 9 maret 2016. Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengatakan
negaranya telah meminiatur hulu ledak nuklir yang dapat dipasang pada
rudal balistik. REUTERS/KCNA
Institut Sains dan Keamanan Internasional (ISIS) membuat perkiraan itu berdasarkan peningkatan jumlah plutonium kelas senjata dan uranium yang diproduksi Korea Utara di kompleks nuklir Yongbyon.
Laporan itu dikeluarkan setelah Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Yukiya Amano mengatakan pada pekan lalu bahwa Korea Utara mungkin menghidupkan kembali pabrik pengolahan plutonium di Yongbyon untuk digunakan dalam senjata nuklir.
Pada akhir 2014, ISIS memperkirakan jumlah senjata nuklir Korea Utara ada kemungkinan mencapai 10-16 bom. Sejak saat itu, negara tersebut terus menambah 4-6 senjata sehingga kini diperkirakan jumlah keseluruhan mencapai 13-21 atau lebih.
"Indikator yang kami peroleh adalah untuk kegiatan yang berkaitan dengan reaktor 5 megawatt serta pengembangan fasilitas dan kegiatan yang terkait dengan pemrosesan kembali plutonium," kata Amano, yang mengutip gambar satelit minggu lalu di Wina, seperti yang dilansir Channel News Asia, Rabu, 15 Juni 2016.
Namun Amano tidak menyebutkan kapan kegiatan yang terdeteksi oleh satelit itu terjadi.
Korea Utara menonaktifkan reaktor Yongbyon pada 2007 berdasarkan kesepakatan pelucutan senjata. Namun mereka mulai merenovasi tempat itu setelah melakukan uji coba nuklir ketiga pada 2013 dan uji coba keempat pada 6 Januari 2016.
Credit TEMPO.CO