KOLKATA – Inggris dikenal sebagai penjajah
terlama di India, sejak 1605. Saat itu, India masih mencakup hingga
Pakistan dan Bangladesh. Bersama-sama mereka merasakan penderitaan di
bawah kolonialisme Britania Raya.
Namun begitu, masyarakat India yang masih terdiri dari kerajaan-kerajaan bukannya tanpa perlawanan. Sekira 260 tahun yang lalu, kegagahan Inggris pernah dijungkir balikkan oleh perjuangan pasukan Moghul.
Kala itu, Inggris dan Prancis sedang gencar-gencarnya bersaing memperluas kekuasaan melalui kongsi dagang. Negeri pimpinan ratu membangun pelabuhan besar, Fort William dan markas dagang bagi East India Company (EIC) di Kolkata. Sementara Prancis main cerdas dengan menjadi sekutu bagi penguasa Mogul saat itu (julukan tertinggi bagi penguasa Moghul) Siraj-ud-Daula. Pangeran muda yang naik takhta menggantikan ayahnya di usia 20-an tahun.
Inggris pun tak mau kalah. Bermaksud unjuk kekuatan dengan Prancis, Inggris membangun benteng pertahanan di Kolkata. Membuat Nawab Siraj tersinggung. Diam-diam raja muda itu memerintahkan Gubernur Kolkata untuk menghentikan pembangunan benteng itu.
Tanpa sepengetahuan Inggris, 50.000 pasukan dikerahkan. Dipersenjatai dengan 500 ekor gajah perang dan 50 meriam. Fort William mendadak digempur habis, para pekerja, mandor dan tentara kompeni yang berjaga lari tunggang langgang. Sampai-sampai meninggalkan istri dan anak-anak mereka, demi keselamatan pribadi.
Hanya tersisa 170 garnisun (pasukan penjaga benteng) berjaga dan menahan serangan mendadak pada 16 Juni 1756 itu. Posisi mereka semakin terjepit menyadari tak ada jenderal perang memimpin, akhirnya muncullah seorang zeminder John Zephaniah Holwell.
Namun begitu, masyarakat India yang masih terdiri dari kerajaan-kerajaan bukannya tanpa perlawanan. Sekira 260 tahun yang lalu, kegagahan Inggris pernah dijungkir balikkan oleh perjuangan pasukan Moghul.
Kala itu, Inggris dan Prancis sedang gencar-gencarnya bersaing memperluas kekuasaan melalui kongsi dagang. Negeri pimpinan ratu membangun pelabuhan besar, Fort William dan markas dagang bagi East India Company (EIC) di Kolkata. Sementara Prancis main cerdas dengan menjadi sekutu bagi penguasa Mogul saat itu (julukan tertinggi bagi penguasa Moghul) Siraj-ud-Daula. Pangeran muda yang naik takhta menggantikan ayahnya di usia 20-an tahun.
Inggris pun tak mau kalah. Bermaksud unjuk kekuatan dengan Prancis, Inggris membangun benteng pertahanan di Kolkata. Membuat Nawab Siraj tersinggung. Diam-diam raja muda itu memerintahkan Gubernur Kolkata untuk menghentikan pembangunan benteng itu.
Tanpa sepengetahuan Inggris, 50.000 pasukan dikerahkan. Dipersenjatai dengan 500 ekor gajah perang dan 50 meriam. Fort William mendadak digempur habis, para pekerja, mandor dan tentara kompeni yang berjaga lari tunggang langgang. Sampai-sampai meninggalkan istri dan anak-anak mereka, demi keselamatan pribadi.
Hanya tersisa 170 garnisun (pasukan penjaga benteng) berjaga dan menahan serangan mendadak pada 16 Juni 1756 itu. Posisi mereka semakin terjepit menyadari tak ada jenderal perang memimpin, akhirnya muncullah seorang zeminder John Zephaniah Holwell.
Pagi itu, di bawah komando seorang pengumpul pajak yang tidak
punya pengalaman perang sama sekali, ratusan pasukan dipukul mundur
setelah mengibarkan bendera putih sorenya. Sedikitnya, 146 orang di
bawah ancaman pedang digiring ke penjara buatan militer Inggris sendiri
di Kolkata, yang bernama Lubang Hitam.
Ratusan tahanan dijejal di sel yang hanya seukuran 5 meter x 4 meter x 0,2 meter. Dimodali dua jendela kecil dan persediaan air super minim, berdesak-desakkan lah mereka semua di sana, termasuk dua orang perempuan dan pasukan yang terluka dan Howell sendiri. Saling sikut dan injak-injak tak terhindarkan, demi mengisi paru-paru mereka dengan udara dari jendela yang tersedia dan mendapat asupan dahaga.
Sementara para pasukan Inggris memohon-mohon belas kasih sipir penjara. Yang mereka dapat hanyalah tertawaan dan cemooh. Hingga paginya, tepat pukul enam, penjara dibuka. Alhasil setumpuk mayat menggunung di dalam penjara, menyisakan hanya 23 orang yang bertahan hidup.
“Itu adalah malam terhoror yang tidak bisa saya deskripsikan dengan kata-kata. Dan lagi memang mereka melarang kami untuk menceritakannya,” tutur Howell dalam bukunya, sebagaimana dilansir dari History Today, Senin (20/6/2016).
Ratusan tahanan dijejal di sel yang hanya seukuran 5 meter x 4 meter x 0,2 meter. Dimodali dua jendela kecil dan persediaan air super minim, berdesak-desakkan lah mereka semua di sana, termasuk dua orang perempuan dan pasukan yang terluka dan Howell sendiri. Saling sikut dan injak-injak tak terhindarkan, demi mengisi paru-paru mereka dengan udara dari jendela yang tersedia dan mendapat asupan dahaga.
Sementara para pasukan Inggris memohon-mohon belas kasih sipir penjara. Yang mereka dapat hanyalah tertawaan dan cemooh. Hingga paginya, tepat pukul enam, penjara dibuka. Alhasil setumpuk mayat menggunung di dalam penjara, menyisakan hanya 23 orang yang bertahan hidup.
“Itu adalah malam terhoror yang tidak bisa saya deskripsikan dengan kata-kata. Dan lagi memang mereka melarang kami untuk menceritakannya,” tutur Howell dalam bukunya, sebagaimana dilansir dari History Today, Senin (20/6/2016).
Akan tetapi, kisah Howell dianggap terlalu melebih-lebihkan.
Berdasarkan penelitian Profesor Brijen Gupta pada 1950, peristiwa
kelam itu benar telah terjadi sebagaimana yang diceritakan Howell.
Namun, jumlah yang dijebloskan ke dalam Lubang Hitam sebenarnya hanya
64 orang dan yang bertahan hidup keesokan harinya sebanyak 21 orang.
Gupta juga mengungkap, serangan mendadak itu tidak dilakukan berdasar titah Siraj. Bahkan, ia tidak tahu-menahu perihal adanya serangan tersebut. Sayang, nyawa Siraj lah yang jadi incaran.
Tidak terima dipermalukan, Inggris membalas. Di bawah komando Robert Clive, Fort William dikepung dari darat dan laut. Di mana Charles Watson memimpin kapal perang Inggris memborbardir pasukan Moghul di Kolkata.
Pada Januari 1757, Kolkata jatuh seutuhnya ke tangan Inggris. Perang berlanjut, sekira 23 Juni 1757, 3.000 pria biasa dikerahkan untuk memukul mundur 50 ribu pasukan Moghul, beserta meriam dan gajah-gajah perang mereka. Pertempuran antara Inggris dan India dibantu sekutunya Prancis ini dikenang dengan sebutan Pertempuran Parsley atau Palashi. Sebab di Kota Palashi, Benggala, sekira 150 kilometer dari Kolkata lah pasukan India berhasil dikalahkan.
Siraj kemudian kabur ke Murshidabad dan berakhir tragis. Ia dibunuh orang-orangnya sendiri dan mayatnya dilemparkan ke sungai.
Nama penjara itu, Lubang Hitam bukan sebutan simbolik yang sama dengan lubang gravitasi di alam semesta yang bisa menyedot segala benda yang mendekat ke dalamnya. Akan tetapi, istilah itu memang julukan resmi untuk penjara-penjara di bawah kendali militer Inggris.
Gupta juga mengungkap, serangan mendadak itu tidak dilakukan berdasar titah Siraj. Bahkan, ia tidak tahu-menahu perihal adanya serangan tersebut. Sayang, nyawa Siraj lah yang jadi incaran.
Tidak terima dipermalukan, Inggris membalas. Di bawah komando Robert Clive, Fort William dikepung dari darat dan laut. Di mana Charles Watson memimpin kapal perang Inggris memborbardir pasukan Moghul di Kolkata.
Pada Januari 1757, Kolkata jatuh seutuhnya ke tangan Inggris. Perang berlanjut, sekira 23 Juni 1757, 3.000 pria biasa dikerahkan untuk memukul mundur 50 ribu pasukan Moghul, beserta meriam dan gajah-gajah perang mereka. Pertempuran antara Inggris dan India dibantu sekutunya Prancis ini dikenang dengan sebutan Pertempuran Parsley atau Palashi. Sebab di Kota Palashi, Benggala, sekira 150 kilometer dari Kolkata lah pasukan India berhasil dikalahkan.
Siraj kemudian kabur ke Murshidabad dan berakhir tragis. Ia dibunuh orang-orangnya sendiri dan mayatnya dilemparkan ke sungai.
Nama penjara itu, Lubang Hitam bukan sebutan simbolik yang sama dengan lubang gravitasi di alam semesta yang bisa menyedot segala benda yang mendekat ke dalamnya. Akan tetapi, istilah itu memang julukan resmi untuk penjara-penjara di bawah kendali militer Inggris.
Credit Okezone