Senin, 20 Juni 2016

Ideologi Rasisme Bayangi Pembunuhan Anggota Dewan Inggris


 
Ideologi Rasisme Bayangi Pembunuhan Anggota Dewan Inggris  
Anggota dewan Partai Buruh, Jo Cox, tewas setelah ditikam dan ditembak oleh pria yang meneriakkan 
 
Jakarta, CB -- Pelaku penembakan terhadap anggota parlemen Inggris Jo Cox akhirnya didakwa oleh pengadilan. Dalam penyelidikan, dia diketahui memiliki paham supremasi kulit putih.

Diberitakan CNN, Sabtu (18/6), pelaku, Thomas Mair, didakwa atas dakwaan pembunuhan, penganiayaan, kepemilikan senjata api untuk tujuan kekerasan, dan kepemilikan senjata berbahaya.


Pria 52 tahun itu menembak dan menikam Cox pada Kamis lalu di Bristall. Cox meninggal dunia dengan tiga tembakan, salah satu di kepalanya, dan beberapa tikaman.

Penyidik tengah mencari motif dan hubungan antara Mair dan kelompok supremasi kulit putih. Saat melancarkan aksinya, Mair meneriakkan kata "Britain First", yaitu partai ekstrem sayap kanan Inggris yang anti-Muslim dan imigran.

Supremasi kulit putih adalah paham rasis yang menganggap ras kulit putih Eropa lebih unggul dibanding ras lainnya di seluruh dunia. Paham ini diwujudkan dalam berbagai bentuk, salah satunya adalah politik apartheid.

Menurut data Southern Poverty Law Center, sebuah lembaga pemerhati organisasi rasis di Amerika Serikat, Mair punya riwayat pembelian material dari Aliansi Nasional, sebuah organisasi supremasi kulit putih di negara itu.

Ada bukti kuitansi pembayaran pembelian majalan Aliansi Nasional, yaitu National Vanguard, pada 2013. Tahun 1999, Mair juga diketahui membeli buku neo-Nazi berjudul "Ich Kampfe," "Improvised Munitions Handbook", dan buku-buku lainnya. Tahun 1980-an, Mair juga membeli majalah pro-apartheid.

Pihak Britain First membantah keterlibatan mereka dalam penembakan tersebut. Namun Britain First memiliki catatan buruk intoleransi dan diskriminasi, termasuk penyerangan ke masjid-masjid, protes penolakan pengungsi, hingga kecaman terhadap terpilihnya seorang Muslim, Sadiq Khan, menjadi walikota London.

Cox sendiri adalah anggota parlemen pejuang hak-hak pengungsi, terutama para korban konflik di Suriah. Sebelumnya dia berkiprah sebagai aktivis kemanusiaan dan menentang intoleransi, menjadikannya sasaran hujatan kelompok supremasi kulit putih.

Polisi masih belum menyimpulkan apakah Mair terinspirasi oleh paham supremasi kulit putih saat melancarkan aksinya.

Menurut orang yang kenal dengan Mair, pria itu sangat pendiam dan tidak memiliki kecenderungan melakukan kekerasan. Namun menurut saudaranya, Scott, yang dikutip dari koran SUN, Mair pernah menjalani mengobatan sakit jiwa.

Kasus pembunuhan Jo Cox mengguncang Inggris di tengah kampanye referendum keluarnya negara itu dari Uni Eropa. Jo Cox dari Partai Buruh sangat pro-Uni Eropa. Kampanye dihentikan sementara akibat pembunuhan Cox.



Credit  CNN Indonesia