Uji terbang PTTA ini dilakukan pada 23 Desember 2014 dan dihadiri oleh sejumlah pejabat Lapan, TNI, Kemenhan, dan beberapa peneliti lainnya.
"Alhamdulillah, program LSU telah menunjukkan pencapaian yang bagus, dasar-dasar desain, manufaktur, juga operasi telah kita kuasai, langkah selanjutnya adalah membuat semuanya menjadi standar operasi yang diterima oleh pasar dan regulasi," ucap Kepala Pusat Teknologi Penerbangan, Gunawan S Prabowo melalui siaran pers yang diterima Liputan6.com, Rabu (24/12/2014).
Menurut Kepala Humas Lapan, Jasyanto, ada beberapa tipe LSU yang dilakukan pengembangan baik sensor hingga perangkat PTTA.
Ada empat tipe LSU yang diuji coba yakni LSU-01, LSU-02, LSU-03 dan LSU-05.
"LSU-05, generasi kelima dari varian LSU memiliki bobot terbang 80 kg dengan bentang sayap 5,5 meter dan panjang 4 meter. Dalam sesi uji coba ini, pesawat mampu take off pada jarak sekitar 160 m dan terbang loiter selama 15 menit, hal ini sesuai dengan target uji coba dan menunjukkan kemampuan sesuai dengan desain yang direncanakan," beber Jasyanto.
Untuk LSU-05, merupakan First Flight Test dengan desain baru yang dibuat dan dikembangkan di Pusat Teknologi Penerbangan Lapan, Rumpin, Tanggerang. Selain itu dilakukan juga, pengujian Launcher (catapult), Recovery Parachute dan Jaring LSU-02 yang masuk dalam Paket program LSU-Han (Pertahanan).
"Juga dilaksanakan uji terbang manual dan autonomous LSU-03. Sementara uji coba lainnya juga berjalan mulus, Launcher yang didesain para engineer muda Pustekbang juga menunjukkan performance yang bagus, demikian juga dengan uji jaring dan recovery parachute," ungkap Jasyanto.
Dengan keberhasilan ini, Lapan mengaku telah berhasil menguasai fase I yaitu pengembangan Desain dan Manufacture Program LSU. Diharapkan pada fase berikutnya, ilmuwan-ilmuwan Lapan dapat membuat LSU menjadi produk teknologi yang sangat terkait dengan sertifikasi dan persyaratan safety flight.
Credit Liputan6.com