CB - Kemenangan mutlak terpilihnya kembali Perdana Menteri Jepang Shinzo
Abe memungkinkannya untuk meneruskan dan mengintensifkan kebijakannya
meningkatkan kemampuan Angkatan Pertahanan Jepang dan memperluas
dukungan Tokyo terhadap bangsa-bangsa demokrasi di kawasan Asia-Pasifik.
Hal ini juga semakin meneguhkan kebijakan Abe melawan klaim wilayah Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan.
“Abe terus berupaya membalikkan kebijakan demilitarisasi keamanan
nasional Jepang pasca-Perang Dunia II, mengakhiri sebuah kondisi yang
telah berlangsung hampir 70 tahun,” kata Charles W. Freeman Jr., rekan
ketua U.S. China Policy Foundation dan ahli AS untuk urusan Asia Timur,
kepada Asia Pacific Defense Forum [APDF].
“Hal ini menandai langkah lain dalam proses pengambilan langkah
terlambat menuju kondisi normal dalam hal penegasan kepentingan nasional
yang independen oleh bangsa-bangsa Asia Timur,” kata Freeman.
Partai Abe terus memperoleh mayoritas kuat
Partai Demokrasi Liberal pimpinan Abe memenangkan 291 dari 475 kursi
yang ada di dalam pemilu majelis rendah Jepang pada 14 Desember. Angka
itu berkurang sedikit dari jumlah prapemilihan yang sebanyak 295 kursi,
tetapi cukup besar untuk memperoleh mayoritas di majelis rendah.
Kemenangan ini menegaskan bahwa Abe telah menerima mandat besar yang
dia inginkan untuk membentuk kembali ekonomi dalam negeri Jepang serta
kebijakan pertahanan dan asingnya yang belum pernah dilakukan pemimpin
Jepang sebelumnya sejak Shigeru Yoshida [1948-54] setelah Perang Dunia
II.
“Setelah mengembalikan aliansi LDP [Partai Demokrasi Liberal]-Komeito
ke mayoritas dua pertiga di majelis rendah, Abe diyakini sudah hampir
pasti akan dipilih kembali sebagai kepala LDP tahun depan untuk masa
tiga tahun berikutnya, YANG membuatnya tetap memegang jabatan — kecuali
ada halangan besar — hingga 2018 dan membuatnya perdana menteri yang
menjabat paling lama dalam puluhan tahun terakhir,” tulis The Japan Times dalam sebuah tajuk rencana pada 15 Desember.
Perdana Menteri bawa Jepang ke arah baru
Selama setahun terakhir, Abe sudah membuat rencana yang jelas tentang arah yang dituju Jepang.
Kabinetnya mengakhiri larangan ekspor senjata yang
ketat pada bulan April. Larangan tersebut sudah berlangsung selama
hampir satu setengah abad. Pada bulan Juli, pemerintah menafsirkan
ulang Konstitusi yang mengizinkan Jepang memiliki hak atas pertahanan
diri kolektif.
“Akhirnya, diharapkan pada akhir tahun 2014 akan dilakukan revisi
Pedoman Kerja Sama Pertahanan AS-Jepang yang sudah ada dalam bentuknya
saat ini sejak tahun 1997,” lapor Asia Times Online.
Abe telah memposisikan Jepang untuk meningkatkan perannya dalam
menjaga keamanan regional sambil menguatkan aliansi tradisional
AS-Jepang pada saat yang sama.
“Secara geo-strategis, Jepang merupakan sekutu Amerika paling berharga dalam melawan meningkatnya kegigihan Tiongkok ,
sementara Abe memiliki kemauan politik untuk mendorong agar Jepang
memiliki peran menonjol dalam menjaga keamanan kawasan,” laporAsia Times Online.
Abe tidak membuang-buang waktu setelah kemenangan bersejarahnya dengan mengumumkan langkah selanjutnya.
“Kalaupun kita mendapatkan dukungan dari dua pertiga legislator, kita
juga harus mendapatkan dukungan mayoritas dalam referendum nasional,”
katanya di sebuah program berita TV Tokyo pada 14 Desember. “Kita ingin
memulai dari mencoba memperdalam pemahaman publik tentang perlunya
mengamendemen Konstitusi.”
Abe memberi kesan bahwa dia mendapatkan sebuah mandat publik untuk
bukan hanya untuk program ekonominya tetapi juga untuk keputusannya
mengubah penafsiran Konstitusi untuk menghapus larangan Jepang
menggunakan haknya atas pertahanan diri secara kolektif, kata Asahi Shimbun.
“Pemerintah juga berniat menyampaikan sebuah undang-undang ke sidang
majelis tinggi tahun depan guna menciptakan sebuah kerangka hukum untuk
keamanan nasional sejalan dengan penafsiran ulang Konstitusi pada bulan
Juli yang menghapus larangan penggunaan hak atas pertahanan kolektif,”
kata surat kabar tersebut.
Kemenangan pemilihan kembali Abe adalah kabar baik bagi pemerintahan Obama dan bagi penyeimbangan kembali Asia, kata Shihoko Goto, analis senior Asia di Woodrow Wilson Center di Washington, DC, kepada APDF.
“Bagi Amerika Serikat, kemenangan Abe disambut baik sejauh hal itu
berarti stabilitas di dalam kepemimpinan Jepang,” kata Goto. “Masa-masa
pintu putar perdana menteri Jepang [sejak Junichiro Koizumi mengakhiri
masa jabatan lima tahunnya pada tahun 2006] mestinya usai, dan jenis
keamanan politik semacam itu bagus bagi sebuah Washington yang ingin
menyelesaikan persoalan,” katanya.
Goto mengatakan kemenangan pemilihan kembali Abe juga akan meningkatkan prospek prakarsa perdagangan bebas Kemitraan Trans-Pasifik [TPP] yang didukung oleh Pemerintah AS.
“Sebuah penyelesaian sukses dalam negosiasi TPP jelas akan lebih
meningkatkan hubungan antara Amerika Serikat dengan Jepang,” katanya
kepada APDF.
Menyusul kemenangan mutlak terpilihnya kembali Abe, Jepang dan AS
pada 19 Desember secara resmi menangguhkan pembaruan pedoman kerja sama
pertahanan mereka. Kedua negara tersebut akan menelaah pedoman yang ada
saat ini selama semester pertama 2015 guna membentuk rencana baru.
Credit APDForum